Ledakan Bom Bahan TATP Pertama Kali Terjadi di Indonesia



JakartaCNN Indonesia -- Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyatakan peledakan bom dengan bahan peledak jenis triacetone triperoxide peroxyacetone (TATP) yang dilakukan oleh Leopard Wisnu Kumala (29) baru pertama kali terjadi di Indonesia.

"TATP bom pertama kali terjadi di Indonesia. Ini yang menarik. Menggunakan chemical bomb namanya," ujar Tito dalam keterangan pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (29/10).

Tito menyampaikan dalam aksi terorisme di dunia, ledakan dengan menggunakan bahan peledak jenis TATP pernah dua kali terjadi. Kasus pertama dilakukan oleh Richard Reid, warga Inggris yang dijuluki shoe bomber (pembom sepatu).


Saat itu Richard Reid mencoba meledakkan sebuah pesawat yang terbang dari Paris ke Amerika Serikat pada tahun 2001 dengan menggunakan bahan peledak jenis TATP yang dimasukan ke dalam sepatunya pada tahun 2001. "Dia kemudian mau membakar sepatunya yang berisi TATP dan digagalkan," ujar Tito.
Kejadian kedua, kata Tito, terjadi dalam peristiwa ledakan di sebuah stasiun kereta api bawah tanah dan sebuah bis di pusat kota London, Inggris, tahun 2005 lalu. Dalam ledakan tersebut, diketahui bahan peledak TATP yang digunakan seberat 4,5 kilogram. Sehingga daya ledak bom tersebut mampu merusak suatu bangunan dan menyebabkan banyak korban jiwa dan luka.

"Hanya digunakan 4,5 kilogram TATP terhadap bom di underground dan bom di bis London. Korban 52 orang meninggal dunia dan 700 lebih terluka," ujar Tito.

Tito menyampaikan bahan peledak TATP sangat sulit untuk dideteksi keberadaannya. Bahkan, Tito mengaku, bahan TATP bisa lolos dalam pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray.

"Selain mudah dibuat, ini sulit untuk dideteksi. Contohnya, untuk masuk ke dalam pesawat bisa lolos X-Ray," ujar Tito.

Tito menuturkan kasus lolosnya TATP tersebut melahirkan sebuah kebijakan khusus dalam dunia penerbangan, yaitu setiap penumpang dilarang untuk membawa cairan lebih dari 100 mili liter kedalam pesawat. Kebijakan tersebut untuk mengantisipasi dan miminimalisir lolosnya TATP ke dalam pesawat dalam jumlah besar.

Sebelumnya, menurut Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti, polisi telah mendapatkan gambaran utuh mengenai latar belakang Leopard. “Pelaku sudah membuat lima bom, ada dua bom diledakan, dua bom gagal meledak, dan satu bom berhasil dijinakan,” ujar Krishna dalam konferensi pers di Markas Polda Metro Jaya hari ini, Kamis (29/10).

Bom yang disebut Krishna berhasil dijinakan adalah bom di Mal Alam Sutera sebelumnya yaitu 6 Juli 2015. Satu bom yang diletakan di mal yang sama bahkan pernah tak bisa meledak. Satu bom lain yang tidak meledak adalah di tong sampah, lagi-lagi di mal yang sama. (bag)


Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar