Djarot: Wajah Saya Kurang Dikenal, termasuk di Klub Malam (3)


JakartaCNN Indonesia -- Djarot Saiful Hidayat satu saat masuk ke sebuah klub malam di Jakarta. Seseorang lantas menghampirinya dan bertanya, “Abang cari yang Betawi atau dari luar Betawi untuk menemani?”

Jika mengingat itu, Djarot tertawa sendiri. Tak ada yang mengenalinya sebagai Wakil Gubernur Jakarta di klub malam ibu kota itu. 

Berikut selengkapnya kisah Djarot soal kehidupannya, juga pengalaman menariknya selama memimpin Jakarta bersama Ahok, seperti ia sampaikan kepada wartawan CNNIndonesia.com, Lalu Rahadian dan Basuki Rahmat Nugroho.


 Apa sesungguhnya cita-cita Anda? Sudah tercapaikah?

Posisi saya saat ini melebihi apa yang saya cita-citakan. Saya kan dulu dosen. Saat  saya sudah menjadi wakil rektor, saya aktif di PDIP kemudian di pemerintahan. Buat saya dulu, bercita-cita sebagai wali kota saja sudah hebat. Saya tidak pernah berpikir sampai menjadi Wakil Gubernur DKI.

Djarot merupakan dosen dan Pembantu Rektor I di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Jawa Timur, tahun 1997-1999. Djarot kemudian terpilih memimpin Blitar, kota di Jawa Timur, selama dua periode, 2000-2005 dan 2005-2010.


Anda bahagia jadi pejabat publik?

Sangat berbahagia. Kebahagiaan buat saya bila membantu orang lain, membuat senang orang lain.


Anda juga bahagia sebagai wakil Ahok? 

Saya selalu bahagia ketika bekerja dengan siapapun. Bila tidak bahagia,  badan saya bisa kurus kering.


Anda pernah dimarahi atau memarahi Ahok?

Belum pernah. Tapi saya sering memberi kritik dan masukan. Ahok orang yang terbuka sekali.


Adakah kejadian lucu yang berkesan buat Anda selama memerintah Jakarta?

(Tertawa) Paling berkesan itu saat saya menggelar operasi di sebuah klub malam. Ketika itu saya bertanya ke beberapa pemandu lagu, ‘Siapa yang orang Betawi?’ Lalu ada dua orang menunjukkan jari. 

Lantas ada yang bilang “Ini Abang cari yang Betawi atau dari luar Betawi untuk menemani?” Haha, dia itu tidak tahu saya Wakil Gubernur.

Wajah saya memang kurang dikenal masyarakat. Nah, artinya semakin kita tidak banyak dikenal, semakin enak karena bisa masuk ke mana-mana.

Hal sama saya alami ketika jam 11 malam mendatangi warga, mengobrol soal peredaran narkoba.

Pengalaman lainnya saat saya mendatangi upacara serah terima di Polda. Pakaiannya itu kan cokelat. Bayangan saya, baju tidak dimasukkan ke dalam celana.

Saat tiba di lokasi, saya merasa agak aneh. Semua orang melihat ke saya. Kemudian ajudan saya berbisik, “Pak, bajunya masukin, Pak” “Hah?!” Akhirnya saya cari tempat untuk merapikan baju.
 

Waktu untuk keluarga tentu berkurang setelah jadi Wakil Gubernur?

Itu jelas, namun keluarga saya sudah terbiasa tidak bertemu setiap hari atau bertemu hanya pada malam hari. Mereka sudah sangat terbiasa. 

Waktu anak-anak masih kecil, mereka protes, bilang  “Ayah kok enggak karu-karuan kerjanya?”

Menurut saya, persoalannya bukan terletak pada seringnya kami bertemu, tapi kualitas waktu. Misal ketika anak-anak sedang masa ujian sekolah, maka saya usahakan mendampingi mereka belajar.
 

Hobi Anda apa? 

Sekarang sudah sulit untuk dijalankan. Hobi saya memelihara ikan dan burung. Selain itu berenang dan naik sepeda, namun sudah jarang dikerjakan.

Saya juga hobi membaca. Meski mulai berkurang, saya usahakan setiap hari harus membaca. Bukan hanya yang terkait pekerjaan, tapi juga buku kesukaan. Biasanya saya membaca sebelum tidur atau ketika dalam mobil.


Pernah menyesal menerima tawaran menjadi Wakil Gubernur Jakarta? 

Tidak. Justru saya sangat bangga dan berterima kasih karena mendapat kesempatan mendampingi Ahok menata ibu kota. Ini prestasi luar biasa. Saya berterima kasih kepada PDIP yang sudah merekomendasikan saya untuk mendampingi Ahok. Satu kebanggaan bagi seorang anak desa bisa berkarya di Jakarta.



Anda pilih lari pagi atau tidur?
Lari

Nasi uduk atau lontong sayur?
Nasi uduk

Blitar atau Jakarta?
Jakarta

Politik atau sepak bola?
Politik

Dunia Fantasi atau Ragunan?
Ragunan

Macet atau banjir?
Macet

Taksi atau Metromini?
Taksi

Buku atau film?
Buku

Gunung atau pantai?
Gunung

Maju atau tidak di Pilkada Jakarta?
Belum tahu. Iso ae (bisa saja), ini pertanyaan jebakan (tertawa).


(yul/agk)

Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar