Yogyakarta - Jogja4You - Sisir Tanah membuat Ajiyasa menjadi lebih semarak oleh
alunan musik gitarnya sore menjelang malam (25/11) itu. Hujan deras pun tidak
menghalangi pengunjung untuk menyaksikan penampilan musisi folk yang berkarya
di Yogyakarta ini. Tepatnya di ruang pamer utama Dodo Hartoko, Sisir Tanah mencoba
menafsirkan beberapa potongan teks dari buku TAEK! yang berisi kumpulan status
Puthut EA yang berangkat dari teks-teks status Facebook penulis/aktivis Puthut
EA dari tahun 2014 – 2015.
Buku ini sendiri adalah karya Dodo Hartoko dalam ‘Buku dan
Teks Lain’. Dodo merupakan seorang penyunting buku dan perupa yang lahir di
Batang, Jawa Tengah dan tinggal serta berkarya di Yogyakarta. Merupakan salah
satu seniman yang ikut berpartisipasi dalam perhelatan Biennale Jogja XIII.
“Saya meminta Sisir Tanah untuk menafsir ulang karya yang
saya kerjakan untuk Biennale Jogja XIII, karena saya yakin dan percaya dengan
kualitas luar biasa yang dimiliki Sisir Tanah” ucap Dodo Hartoko saat membuka performing
art sore itu. “Sebenarnya setiap orang pasti punya tafsiran sendiri, bahkan
yang datang disini juga pasti punya tafsiran atas karya saya”.imbuhnya sambil
menunjukkan karyanya dalam tiga lukisan yang dipamerkan di perhelatan Biennale
Jogja XIII itu. Jadi selain buku, lukisan itu yang mewakili status-status
sarkasme yang membicarakan hal-hal kecil di sekitar rumah yang juga menyinggung
kritik sosial dan politik. Dimana hal ini memacu munculnya perdebatan melalui
fitur komentar.
Teks yang dipilih adalah yang menyuarakan ekspresi kegaduhan
publik supaya bisa ditempatkan dalam konteks universal. Artinya, ada strategi
dibalik proses bagaimana konflik dinegosiasikan dalam bentuk pemahaman yang
luwes atau kompromis. Selain dengan Phutut EA, Dodo Hartoko bekerjasama
menyiapkan buku ini dengan Arwin Hidayat, Agan Harahap dan Mojok.co.
“Ini hanya tafsir, dan tafsir itu dipengaruhi oleh banyak
faktor, dan salah satu faktor yang akan menentukan tafsir malam ini adalah
persoalan waktu, karena dikerjakan secara singkat” ungkap Danto. “ Khusus malam
ini, saya seperti membuat lagu dengan proses yang sangat instan” imbuhnya
sembari mengawali membawakan tafsirnya dalam nyanyian. Lagu Prolog dipilihnya
sebagai lagu pembuka, yang diambilnya dari buku tafsir atas “TAEK!” Puthut EA,
mampu membungkam semua yang datang.
Sisir Tanah yang digawangi oleh Bagus Dwi Danto tidak
sendiri, ia ditemani oleh seorang kawannya Gipta, untuk menafsirkan teks itu.
Tema teks yang dipilih pun beragam, mulai dari politik hingga hal-hal pribadi
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bermodal gitar kopong, keduanya
menghasilkan nada-nada indah nan sederhana yang menghibur semua yang datang.
0 komentar:
Posting Komentar