Menpora Janji Lebih Tegas Jika PSSI Tak Lakukan Reformasi


JakartaCNN Indonesia -- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi akhirnya mencabut SK Pembekuan PSSI, Selasa (10/5) malam. Namun, upaya pemerintah untuk membenahi tata kelola sepak bola nasional belum sepenuhnya tuntas.

Imam menegaskan bakal terus mengawal proses reformasi total sepak bola Indonesia. Bahkan, ia berjanji akan mengeluarkan sikap lebih tegas dari sekadar sanksi pembekuan PSSI.

Ketegasan pemerintah dirasa perlu dilakukan demi mereformasi tata kelola sepak bola nasional yang sudah lama didominasi kelompok tertentu.

Berikut, kutipan wawancara khusus CNNIndonesia.com bersama Imam Nahrawi, belum lama ini, terkait sikap pemerintah selanjutnya setelah sanksi PSSI dicabut:

T: Apa yang Anda ingin sampaikan setelah SK Pembekuan PSSI resmi dicabut?

J: Yang kami ingin tekankan adalah jangan sia-siakan kesempatan baik ini. Pemerintah sudah memberikan kepercayaan, Presiden sudah memberikan lampu hijau. Ayo manfaatkan kesempatan baik ini. Sebelum nanti pemerintah melihat bahwa ke depan harus ada perubahan yang lebih besar lagi.

Bisa jadi reformasi tahap pertama ini sebagai evaluasi bagi pemerintah bahwa ternyata mereka sudah mau berubah. Tapi kalau masih tetap saja, bisa jadi pemerintah bakal lebih tegas lagi mengambil keputusan.

Makannya kita akan lihat ISC ini seperti apa. Kemudian kesempatan yang diberika Presiden kepada klub yang datang ke istana itu, juga akan kami lihat seperti apa konsistensinya.

T: Contoh sikap lebih tegas pemerintah kalau reformasi sepak bola Indonesia tidak terjadi?

J: Ya nanti lah, masih ada waktu. Kita lihat saja. Yang pasti konsentrasi pemerintah itu adalah bagaimana federasi ini tidak hanya fokus pada pembinaan sepak bola profesional, tapi juga fokus kepada penyiapan bibit-bibit unggul sepak bola Indonesia.

Pembinaan usia dini itu menjadi amat sangat penting dan sangat strategis untuk menyiapkan lapisan demi lapisan. Kita tidak boleh lagi mengandalkan pemain asing di timnas. Meskipun itu terkadang menjadi tuntutan publik agar lebih mendapat perhatian.

Tetapi pembinaan usia dini itu mutlak adanya. Itu yang sering kita abaikan. Karenanya ke depan pemerintah ingin ada kompetisi di usia dini.

T: Status Tim Transisi setelah pembekuan dicabut?

J: Ya tetap akan kami lihat dan kami pantau untuk mengevaluasi dan memantau perkembangan perjalanan sepak bola ini. 

T: Jadi belum bisa dibilang tugas Tim Transisi telah selesai?

J: Oh belum, masih panjang karena tidak bisa berhenti sampai di sini. Masih ada waktu untuk melihat, menganalisa, sekaligus memastikan bahwa perubahan itu harus betul-betul terjadi.

T: Tanggapan Menpora soal 'Kelompok 85' yang menginginkan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI?

J: Saya tidak ingin terlalu masuk ke dalam persoalan teknis di internal (PSSI) ya, karena pasti mereka punya cara sendiri. Mungkin salah satu cara yang menurut mereka baik hari ibi adalah mendorong lahirnya KLB. Tapi silahkan itu pemilih yang menentukan seperti apa.

T: Apakah ada titipan dari pemerintah untuk menggantikan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti jika terjadi KLB?

J: Oh tidak ada. Itu murni (voters), silahkan lah. Tapi yang penting adalah jangan setengah hati. Karena seperti yang kita ketahui, dominasi di sepak bola ini luar biasa. Maka sekalinya reformasi, ayo kita lakukan reformasi yang total. Kemauan Pak Presiden seperti itu.

Karenanya bisa jadi nanti akan ada keputusan-keputusan yang lebih besar lagi oleh pemerintah di saat kesempatan ini tidak dipergunakan sebaik mungkin untuk melakukan perubahan internal.

Siapa yang melakukan perubahan itu? Ya mereka (klub anggota PSSI) sendiri. Tapi kalau tidak dimanfaatkan dengan baik, ya kita lihat nanti.

T: Menpora sempat membuat blueprint dan menargetkan Indonesia lolos ke Piala Dunia. Bagaimana kabarnya blueprint dan mimpi tersebut?

Ya harus dilakukan. Makannya itu yang akan kami pegang. Apakah blueprint yang pernah kami susun itu dilakukan dengan konsisten atau tidak oleh federasi maupun operator? Kita akan lihat nanti seperti apa.

Jadi sekali lagi, tidak mudah memang (mengurus sepak bola Indonesia). Karena ibaratanya selama ini mengusik ketenangan yang sudah dinikmati bertahun-tahun tanpa ada ketegasan dari pemerintah. Karena sekali lagi, statement saya adalah kita tunggu perkembangan selanjutnya. Dan akan kita evaluasi terus. 

T: Sudah sejauh mana pembenahan sepak bola yang dilakukan Menpora selama ini?

J: Tidak ada kata istilah kita berhenti berusaha, berbuat, sebelum ajal menjemput kita. Maka siapapun yang menjadi Menteri, siapapun yang memimpin tidak boleh berhenti untuk melakukan ikhtiar, melakukan usaha-usaha perbaikan. Karena perbaikan itu tidak akan berhenti. Akan terus-menerus.

T: Bagaimana proses reformasi sepak bola yang digaungkan Menpora selama satu tahun terakhir? 

J: Tidak mudah ya melakukan perubahan. Apalagi publik berekspektasi sepak bola Indonesia harus dilakukan revolusi secara besar-besaran, karena kita tahu bahwa gurita di sepak bola itu sudah sangat dalam. Saya kira butuh kesabaran, ketekunan, dan ini penuh dengan lika-liku yang harus bertahap.

T: Seberapa besar tekanan yang ditanggung Menpora dalam membenahi sepak bola Indonesia selama setahun belakangan?

Jangankan keputusan manusia, terkadang keputusan Tuhan manusia menolak. Maka wajar ketika memerintah dalam konteks ini, ingin menjadi sepak bola sebagai sarana pemersatu anak negeri.

Kemudian sepak bola ini menjadi suatu kebanggaan nasional dengan prestasi yang menggembirakan di level internasional. Maka pasti pro kontra itu terjadi.
Saya memaklumi itu. Ini bagian dari kecintaan masyarakat yang luar biasa terhadap sepak bola. Karenanya, saya selalu jadikan cemoohan dan kritikan, sebagai suatu obat dan motivasi untuk melihat ke depan sepak bola Indonesia itu harus lebih baik lagi. (jun) 

Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar