Ketika Nakhoda Minang Berdendang


JakartaCNN Indonesia -- Dua pelatih "Ranah Minang" bakal adu taktik pada final Piala Jenderal Soedirman (PJS) 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (24/1). 

Jafri Sastra, pria yang pernah membesut Semen Padang musim 2013/14, bakal mengarahkan Mitra Kukar, melawan mantan klubnya. Di kubu lawan, Nilmaizar yang kembali ke skuat berjulukan "Kabau Sirah", sudah meracik strategi terbaik menghadapi tim asuhan Jafri di PJS ini.

Menarik pula untuk disimak, bukan dua nama itu saja yang mencuat di arena sepak bola nasional, tiga tahun belakangan ini. Ada pula nama Indra Sjafri yang tak kalah ikut dalam dendang para nakhoda berdarah "Minang".

Indra, pelatih yang sukses mengantarkan timnas "Garuda Jaya" pada Piala AFF U-19 itu, kini tengah sibuk dengan proyek besarnya membangun Bali United mulai pembibitan usia muda.
Kalau dalam istilah Minangnya, jangan seperti: Bondong aie, bondong dadak. Terjebak mengikuti air mengalir begitu saja, tak mau keluar dari zona nyamanIndra Sjafri


Pelatih berkumis tebal itu pun merasa bangga jika para pelatih Minang mampu memberikan warna tersendiri di sepak bola nasional.

"Jangankan di sepak bola, Indonesia merdeka juga salah satunya berkat tokoh Minang. Kalau tidak ada Bung Hatta dan Bung Karno, tidak jadi merdeka," Indra berseloroh kepada CNN Indonesia.

Indra melanjutkan, salah satu kunci sukses para pelatih asal Sumatra Barat ini karena prinsip-prinsipnya yang kuat. "Pelatih itu harus punya integrasi, tidak mudah diintervensi," Indra mengungkapkan.

"Kalau dalam istilah Minangnya, jangan seperti: Bondong aie, bondong dadak. Terjebak mengikuti air mengalir begitu saja, tak mau keluar dari zona nyaman," pelatih kelahiran Lubuk Nyiur, Pesisir Selatan, Sumatra Barat, itu menambahkan.

Satu lagi, ia mengungkapkan faktor kemunculan pelatih-pelatih berdarah Minang, mampu mencuri perhatian di sepak bola Indonesia. Menurutnya, benang merah garis ilmu kepelatihan olah bola ada pada satu sosok lainnya, Emral Abus.

"Ia merupakan instruktur pelatih AFC. Sebelum melatih timnas pada 2011, saya bersamanya (Emral) menjadi instruktur pelatih," ujar pelatih yang kerap melontarkan kelakar-kelakar itu. Kemungkinan, dari pelatih yang pernah berduet dengan Djadjang Nurdjaman di Persib Bandung ini pula, ilmu kepelatihan banyak tertular kepada pelatih lainnya, termasuk kepada para nakhoda tim asal Minang itu.

"Satu lagi, ada nama Iman Suhatman yang cukup kawakan di kepelatihan. Ia juga sosok pelatih hebat," Indra mengungkapkan.

Secara pribadi, Indra mengaku cukup mengenal sosok kedua pelatih lainnya asal Padang itu. "Nilmaizar pelatih bagus. Ia juga punya integritas dan prinsip yang kuat," pelatih berusia 52 tahun itu menuturkan.

"Begitu pula dengan Jafri, punya prinsip-prinsip yang sangat kuat dan tidak mudah diintervensi. Saya pikir ini kesamaan kami," Indra mengakhiri pembicaraan dengan CNN Indonesia.

Senada dengan Indra, Jafri mengakui bahwa prinsip kuat dalam melatih jadi salah satu kunci sukses menangani tim. "Pelatih itu harus menghargai proses, bukan hanya hasil. Tak lupa menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan," juru taktik "Naga Mekes" itu mengungkapkan.
Sementara itu, Nilmaizar menanggapi biasa saja pertarungannya di final PJS dengan pelatih Minang lainnya. "Ah, apa yang harus dibuktikan? Normal saja, dia (Jafri) orang Padang dan saya orang Padang," ia menegaskan. (bac) 

Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar