Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Daerah Jambi menyatakan belasan orang di Jambi dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir hilang berdasarkan laporan yang diterima. Diduga kuat, belasan warga tersebut bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
"Laporan yang masuk ke polisi ada 13 orang yang dilaporkan hilang," kata Kabid Humas Polda Jambi, AKBP Kuswahyudi Tresnadi kepada wartawan di Jambi.
"Laporan yang masuk ke polisi ada 13 orang yang dilaporkan hilang," kata Kabid Humas Polda Jambi, AKBP Kuswahyudi Tresnadi kepada wartawan di Jambi.
Kuswahyudi mengatakan namun demikian pihaknya tidak bisa memastikan apakah belasan orang tersebut hilang karena bergabung dengan Gafatar atau tidak.
"Banyak penyebab. Yang jelas mereka dilaporkan tidak kembali ke rumah," katanya.
Atas laporan warga, kepolisian Jambi saat ini sedang memproses kasusnya. Namun, Kuswahyudi mengatakan berdasarkan pantauan pihak kepolisian, Gafatar ternyata pernah beraktivitas di beberapa kota seperti Muarojambi, Batanghari dan Tebo.
Kuswahyudi mengatakan pihaknya masih sedang memastikan jumlah pengikut Gafatar di provinsi Jambi.
"Saat ini kami sedang berkoordinasi dengan Kesbangpol," ujarnya.
Keyakinan Fara hilang dibawa Gafatar ini disampaikan Abdul Kholik dan Nurul, kedua orang tua Fara yang tinggal di Tugurejo Gang A12 Semarang. Sejak hilang kontak dengan anak pertamanya pada 23 November 2015, Kholik dan Nurul langsung menyambangi rumah kos Fara di Jalan Kebonsari Manunggal 14 Surabaya. Sesampai di sana, Fara tidak ada di tempat berikut barang-barangnya.
"Yang ada hanya seragam PNS. Baju dan TV hilang", kata Nurul, ibu dari Fara.
Nurul menambahkan jika dari keterangan teman-teman satu kosnya, sebelum menghilang, Fara terlihat dekat dan sering pergi dengan seorang pria bernama Eko Siswandoyo, yang ternyata merupakan aktivis Gafatar Surabaya.
"Teman satu kosnya pada bilang kalau Fara sering pergi sama Eko yang ternyata orang Gafatar", ujar Nurul.
"Banyak penyebab. Yang jelas mereka dilaporkan tidak kembali ke rumah," katanya.
Atas laporan warga, kepolisian Jambi saat ini sedang memproses kasusnya. Namun, Kuswahyudi mengatakan berdasarkan pantauan pihak kepolisian, Gafatar ternyata pernah beraktivitas di beberapa kota seperti Muarojambi, Batanghari dan Tebo.
Kuswahyudi mengatakan pihaknya masih sedang memastikan jumlah pengikut Gafatar di provinsi Jambi.
"Saat ini kami sedang berkoordinasi dengan Kesbangpol," ujarnya.
Selain di Jambi, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemprov Jawa Timur bernama Faradina Ilma (25) menghilang sejak November 2015 lalu. Orangtua Fara menduga anak perempuannya dibawa organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang saat ini dinyatakan terlarang.
|
Keyakinan Fara hilang dibawa Gafatar ini disampaikan Abdul Kholik dan Nurul, kedua orang tua Fara yang tinggal di Tugurejo Gang A12 Semarang. Sejak hilang kontak dengan anak pertamanya pada 23 November 2015, Kholik dan Nurul langsung menyambangi rumah kos Fara di Jalan Kebonsari Manunggal 14 Surabaya. Sesampai di sana, Fara tidak ada di tempat berikut barang-barangnya.
"Yang ada hanya seragam PNS. Baju dan TV hilang", kata Nurul, ibu dari Fara.
Nurul menambahkan jika dari keterangan teman-teman satu kosnya, sebelum menghilang, Fara terlihat dekat dan sering pergi dengan seorang pria bernama Eko Siswandoyo, yang ternyata merupakan aktivis Gafatar Surabaya.
"Teman satu kosnya pada bilang kalau Fara sering pergi sama Eko yang ternyata orang Gafatar", ujar Nurul.
Mengenai maraknya pengikut Gafatar, Majelis Ulama Indonesia menyatakan organisasi ini terlarang. Menurut Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Cholil Nafis, pola gerakan Gafatar berbeda-beda di tiap daerah. Namun, gerakan ini mirip dengan gerakan yang pernah dibawa Ahmad Musadeq.
“Ada sebagian yang di Aceh jelas pecahannya Al-Qiyadah Al-Islamiyah Ahmad Musadeq,” kata Cholil. (Antara)
“Ada sebagian yang di Aceh jelas pecahannya Al-Qiyadah Al-Islamiyah Ahmad Musadeq,” kata Cholil. (Antara)
0 komentar:
Posting Komentar