Ban Ki Moon Sesalkan Hukuman Mati Arab Saudi


JakartaCNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa Bangsa, Ban Ki-moon, sangat kecewa terhadap hukuman mati yang diberlakukan Arab Saudi terhadap 47 tahanan mereka, termasuk seorang ulama terkemuka Syiah, Sheikh Nimr al-Nimr. 

Menurut Juru bicaranya, Ban Ki Moon meminta massa yang sempat berunjuk rasa dengan keras di Iran untuk tenang dan mengupayakan untuk bisa mengendalikan diri. Sang sekjen juga mendesak untuk semua pemimpin negara teluk untuk bekerja sama menghindari ketegangan yang lebih buruk.

“Terutama untuk konflik antaraliran,” katanya seperti dilansir Reuters, kemarin.


Selepas terhadap sang ulama dan puluhan orang tahanan, terjadi ketegangan dan demonstrasi yang mengekspresikan kemarahan di Teheran, Iran. Gedung Kedutaan Arab jadi sasaran kemarahan. Bom molotov serta cacian dialamatkan bagi para diplomat Arab Saudi.

Hukuman mati melonjak di Arab Saudi sejak Raja Salman naik tahta satu tahun lalu. Kelompok hak asasi berulang kali mengangkat kekhawatiran, terkait keadilan dalam pengadilan di kerajaan tersebut.

“Sheik al-Nimr beserta sejumlah tahanan lainnya yang telah dieksekusi dinyatakan bersalah setelah adanya pengadilan yang menimbulkan kekhawatiran serius atas asal tuduhan dan keadilan proses tersebut," kata juru bicara Ban Ki-moon. Ban Ki Moon juga, tambahnya, “mendesak Arab Saudi mengganti hukuman mati di kerajaan tersebut.”

Kelompok garis keras Iran, Pengawal Revolusi berjanji akan "balas dendam dengan keras" terhadap Saudi, yang mayoritas penduduknya merupakan warga Sunni, atas eksekusi Nimr pada Sabtu (2/1). Pengawal Revolusi menyebut akan menggulingkan "rezim pro-teroris dan anti-Islam" yang merujuk kepada Saudi. 

Sementara, situs resmi Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menampilkan foto algojo Arab di sebelah algojo ISIS yang terkenal, 'Jihad John', dengan judul "Apa bedanya?". 

Nimr merupakan salah satu kritikus dari kelompok Syiah yang paling vokal di Saudi. Nimr dianggap sebagai seorang teroris oleh Riyadh, tapi dipuji oleh Iran sebagai pemerhati hak-hak kelompok Syiah yang minoritas dan terpinggirkan di Saudi.

Nimr juga merupakan pemimpin sekte aktivis muda, yang lelah dengan kepemimpinan para pejabat senior di Saudi untuk memperjuangkan kesetaraan Syiah dengan Sunni.

Meski sebagian besar dari 47 orang yang tewas dalam eksekusi massa terbesar di Saudi dalam beberapa tahun ini merupakan warga Sunni yang didakwa terlibat dalam kelompok al-Qaidah, tetapi Nimr dan tiga warga Syiah tak luput dari hukuman dan dituduh terlibat dalam sebuah penembakan polisi.

Insiden ini menunjukkan bahwa meski negara-negara Teluk memiliki musuh bersama yang harus diberanta, yakni kelompok militan ISIS, tak menjadikan perdebatan Sunni-Syiah mereda di Saudi dan Iran. Perdebatan ini juga memengaruhi pemberontakan Houthi dan intervensi militer Saudi di Yaman.


Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar