Bus 'Puitis' Berseliweran di Jalanan Vancouver


JakartaCNN Indonesia -- Agaknya ini jadi pemandangan jamak di dalam bus di mana pun: para penumpang, yang duduk di kursi maupun berdiri, asyik berkutat dengan gawai masing-masing untuk sekadar menulis pesan singkat atau berselancar di media sosial.

Nah, supaya para penumpang mau “sedikit mendongak,” alat transportasi umum seperti bus di Vancouver, Canada, terutama yang melintasi Clark County, dihiasi puisi di bagian langit-langitnya. Demikian dikabarkan Seattle Times, baru-baru ini.
Langit-langit bus setempat dengan nomor trayek 4, misalnya, dihiasi penggalan puisi We Could Fly karya pujangga Vancouver Diane M. Cammer, yang berbunyi, “Yet we stand, feet bound to ground / arms spread wide, wings in.”

“Ide memajang puisi di langit-langit bus sungguh menyenangkan. Tak bakal ada interpretasi keliru, bukan?” kata Wayne Batter, penumpang bus asal Portland. “Walaupun bukan berarti saya tahu segalanya tentang puisi.”

Diakui Batter, momen membaca puisi di langit-langit bus membebaskan dirinya dari stres setelah seharian bekerja. Sementara itu, menurut Erin Iwata, penyair asal Ridgefield, puisi di bus membuka banyak kemungkinan.

Tak jarang, ia sengaja naik bus untuk melihat reaksi orang-orang kala mengapresiasi puisi-puisi yang menghiasi langit-langit bus sejak awal Desember 2015. Pejalan bernama Glenn Cloud mengaku terinspirasi puisi karya Cammer.

“Saya suka sepenggal syairnya yang berbunyi, ‘Step into the unknown,’ yang seolah membawamu keluar dari dunia kecilmu. Saya sendiri senang bisa keluar dari dunia kecil saya,” kata Cloud sembari tertawa.

Cloud baru saja menikmati masa kebebasan setelah sekian lama mendekam di Penjara Clark County. Kenyataan ini membuat Karen Madsen dari lembaga nonprofit Arts of Clark County yakin, puisi di bus-bus sangat inspiratif.

Apalagi menurut data setempat, transportasi umum seperti C-Tran melayani 6,5 juta pengguna selama setahun lalu. Jadi penayangan puisi di interior bus boleh dikatakan sangat efektif untuk membuat banyak orang terinspirasi.

Madsen menjalankan program Poetry Moves ini bekerja sama dengan agen dan Christopher Luna, penerima penghargaan puisi. Luna dan rekannya, Toni Partington, membuka pendaftaran puisi buatan penyair lokal, lalu menyeleksinya.

Program ini didukung pemerintah kota setempat yang menyediakan dana US$2.500 untuk mencetak sekian ratus kartu puisi. C-Tran pun sepakat menyediakan kolom iklan di dalam bus untuk memajang kartu-kartu puisi itu.

Sejak pertengahan Desember, menurut perwakilan C-Tran, hiasan puisi sudah dipajang di 166 busnya. Tiap bus memajang penggalan bait dua puisi. Bus-bus C-Tran pun menjelma menjadi kendaraan umum seni dan budaya masa depan.

Luna memahami karakter penumpang bus, dari remaja hamil sampai orang-orang yang melulu berusan dengan pihak berwajib. Kehadiran puisi dalam bus diharapkan juga mampu menceriakan hari-hari orang-orang seperti itu.

Penumpang bus bernama Francisco Ortiz mengaku bosan melihat iklan-iklan dalam bus. Karena itu, ia menyambut gembira kehadiran puisi-puisi dalam bus. “Ini menyenangkan,” ia memuji puisi dalam bus. “Seharusnya lebih banyak lagi.”

Madsen berharap, kehadiran puisi dalam bus membuat orang-orang sejenak mendongak, tak melulu menunduk dan menatap gawai masing-masing, mengecek SMS, atau berselancar di dunia maya. Syukur-syukur bisa menginspirasi.

Toh hanya perlu mendongak untuk membaca puisi dalam bus. “Ini cara berbeda untuk menyentuh emosi dan melihat dunia,” kata Masden. “Tidakkah menyenangkan ketika diri kita sedikit demi sedikit menjadi lebih reflektif.”

Menurut Masden, kini tak sedikit orang bersemangat naik bus demi menikmati puisi dan menemukan keajaiban di sepanjang perjalanan. Dengan kata lain, momen perjalanan dengan bus menjadi lebih bermakna dan sempurna.

(vga/vga)

Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar