Laporan Reporter Tribun Jogja, Septiandri Mandariana
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Zaman terus berkembang dalam berbagai hal. Saat ini, segala hal dapat dilakukan begitu mudah yang ditunjang dengan adanya teknologi yang semakin hari semakin canggih.
Begitupun dengan dunia fotografi, teknik mencetak foto pun tidak sama seperti dulu.
Fotografi, mendengar hal ini tentunya sudah sangat tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, begitupun masyarakat dunia.
Dari hasil penelusuran, fotografi sendiri sudah berusia dua abad dan rupanya pun terus berkembang dari waktu ke waktu.
Fotografi pun dikatakan mengalami sebuah proses evolusi dan revolusi.
Sebanyak 70 mahasiswa Jurusan Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam ISI angkatan 2014, membuat sebuah pameran fotografi berisikan sebanyak 290 karya, yang terselenggara di Bentara Budaya Yogyakarta, dari 8 hingga 12 Januari 2016 nanti.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Septiandri Mandariana
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Zaman terus berkembang dalam berbagai hal. Saat ini, segala hal dapat dilakukan begitu mudah yang ditunjang dengan adanya teknologi yang semakin hari semakin canggih.
Begitupun dengan dunia fotografi, teknik mencetak foto pun tidak sama seperti dulu.
Fotografi, mendengar hal ini tentunya sudah sangat tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, begitupun masyarakat dunia.
Dari hasil penelusuran, fotografi sendiri sudah berusia dua abad dan rupanya pun terus berkembang dari waktu ke waktu.
Fotografi pun dikatakan mengalami sebuah proses evolusi dan revolusi.
Sebanyak 70 mahasiswa Jurusan Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam ISI angkatan 2014, membuat sebuah pameran fotografi berisikan sebanyak 290 karya, yang terselenggara di Bentara Budaya Yogyakarta, dari 8 hingga 12 Januari 2016 nanti.
Pameran ini pun diselenggarakan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Proses Imaji #2 bertajuk bertajuk Alternative Photographic Processes. Dalam pameran ini ditunjukan beberapa teknik cetak foto pada zaman dulu dengan nuansa dan ekspresi masa kini.
Di pameran itu diperlihatkan berbagai macam teknik cetak foto, yaitu teknik cetak cyanotype, van dyke, gum bichromate, fotogram dan hand coloring. Media cetak fotonya pun beragam, di antaranya pada piring, kertas, kayu, kaca, kain dan masih banyak lagi. Pengunjung pameran pun mendapatkan kesempatan untuk mencoba membuat sebuah karya yang bahan bakunya sendiri telah disediakan oleh pihak penyelenggara.
M.A Ulul Albab, ketua panitia pameran foto tersebut mengatakan,pameran itupun ia katakan sebagai ajang untuk memperlihatkan dan mengulang kembali teknik-teknik cetak foto yang pernah digunakan oleh pendahulu pada abad 19. Teknik-teknik cetakan tua namun dibuat oleh orang-orang muda, yang memadukan antara teknik lawas dengan sebuah ekspresi kekinian.
"Kami di sini tidak hanya membuat karya pribadi saja, namun ada beberapa karya yang kami buat bersama-sama. Untuk proses dari konsep, pendalaman materi, produksi karya dan lainnya menghabiskan waktu 6 bulan," ungkap Albab kepada Tribun Jogja, Minggu (10/1/2016) siang kemarin di Bentara Budaya Yogyakarta.
Albab pun menjelaskan beberapa teknik cetak yang dipakai dalam pameran bersama itu. Di antaranya teknik cetak cyanotype dan van dyke. Cyanotype sendiri ia katakan merupakan salah satu proses fotografi permanen yang tertua. Proses cyanotype sendiri pertama kali ditemukan oleh Sir John Herschel pada tahun 1842. Namun, teknik ini tidak terlalu lama bertahan sebagai teknik pengembangan fotografi. Teknik ini ganya digunakan sebagai teknik meng-copy dokumen atau tanaman.
"Nama lengkap dari teknik ini adalah vandyke brown, sesuai dengan namanya, jenis cetakan ini bernuansa coklat gelap dan mirip dengan warna lukisan yang dibuat oleh pelukis Belgia bernama Van Dick," tambahnya.
Irwandi, kurator yang juga dosen pengampu mata kukiah Proses Imaji melanjutkan, bahwa karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini cenderung menunjukan tentang bagaimanaold photographic processes dipandang sebagai media bagi anak-anak muda, dalam berkreasi dengan fotografi tua.
0 komentar:
Posting Komentar