Suka Menggigit Kuku? Bisa Jadi Anda Perfeksionis


JakartaCNN Indonesia -- Menggigit kuku, menggaruk alis, memilin rambut atau bahkan mencubit-cubit diri sendiri ternyata bukan hanya soal kebiasaan. Sebuah riset yang dilakukan University of Montreal menyebutkan bahwa perilaku kompulsif seperti itu, lebih banyak berkaitan dengan kepribadian.
Studi tersebut menemukan mereka yang punya perilaku kompulsif cenderung tidak sabar, mudah bosan dan cepat frustrasi. Guna mengatasi hal tersebut, mereka biasanya melakukan kebiasaan berulang, dari menggoyang kaki hingga menggigit kuku.  
Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Behavior Therapy dan Experimental Psychiatrytersebut, memfokuskan pada sifat perfeksionis, karakter yang sebenarnya lebih membahayakan daripada yang disangka selama ini.

“Kami menemukan bahwa mereka yang punya sifat perfeksionis umumnya memperlihatkan perilaku kompulsif. Artinya, mereka tidak bisa duduk diam dan punya momen damai untuk menenangkan jiwa,” kata Dr Kieron O’Connor, profesor psikiatri University of Montreal, yang juga ketua studi. 
Dia menambahkan, perilaku kompulsif tersebut kan memicu frustrasi, rasa kecewa dan bisa berujung pada depresi. Dalam studi tersebut, para peneliti memelajari 48 partisipan, dimana 50 persen dari mereka punya perilaku kompulsif. Sisanya, yang tidak punya kecenderungan perfeksionis, bertindak sebagai kelompok kontrol.
Kedua kelompok kemudian diberi pertanyaan seputar emosi yang kerap mereka rasakan, termasuk rasa bosan, marah, bersalah, terganggu dan cemas. Lalu, kedua kelompok juga dihadapkan pada kondisi yang memicu berbagai emosi, termasuk stres, frustrasi, bosan, serta santai. 
Hasilnya, mereka yang punya sejarah perilaku kompulsif, cenderung tidak bisa diam ketika merasa stres atau frustrasi. Mereka terlihat berusaha melakukan sesuatu sepeti mengigit kuku atau memainkan rambut. Sementara saat santai, kelompok kompulsif melaporkan tidak ada keinginan untuk melakukan kebiasaan mereka. 
O’Connor menyimpulkan kebiasaan kompulsif, jika terjadi tidak terlalu sering, tergolong baik untuk kesehatan jiwa.

“Hal itu membantu tubuh mengalokasikan energi, meregulasi emosi dan membuat Anda produktif,” kata dia. 

Namun, jika kebiasaan itu tidak bisa dikontrol dan mengganggu aktivitas sehari-hari, itu termasuk pada kelainan perilaku dan membutuhkan terapi.   (les/les)


Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar