Kimchi Langka, Korut Terancam Kelaparan di Musim Dingin



JakartaCNN Indonesia -- Usai banjir dan kekeringan melanda pertanian selama setahun, seluruh keluarga di Korea Utara bakal menghadapi musim dingin tanpa hidangan tradisional mereka, kimchi.

Ketika hidangan fermentasi sayuran itu mestinya menemani mereka sepanjang musim dingin, harga lobak dan kubis justru melonjak di pasaran lantaran persediaan kian langka. Bahkan bumbu-bumbu seperti cabai, bawang, dan garam kini kian langka.
Menurut seorang sumber yang dikutip The Guardian, Selasa (10/11), hasil panen petani diperkirakan telah berhenti akibat kondisi cuaca ekstrem. Warga Korut pun khawatir pendapatannya menurun ketimbang tahun lalu.

"Di Pasar Sunam di Chongjin, 1 kilogram kubis sekarang berharga 3.000 won Korea Utara (Rp45 ribu), naik 1.000 won dari sebelumnya," tutur seorang sumber.

"Harga lobak meningkat 500 won tetapi masih terjual laris. Jika seseorang terlihat membawa kubis dan lobak di keranjang belanjanya, orang-orang akan mengejarnya dan menawarkan harga lebih tinggi untuk membelinya."

"Agustus lalu, banyak ladang sayur di Provinsi Hamgyong dan Yanggang hancur diguyur hujan," ia menambahkan, "karena itu banyak keluarga mungkin tidak dapat menikmati kimchi tahun ini."

Pemerintah memprioritaskan suplai sayuran ke wilayah Rason yang sebelumnya menghadapi hujan lebat. Alhasil, wilayah lain belum menerima pasokan kubis.

Petani yang diminta mengirim hasil panennya ke pangkalan-pangkalan militer dan wilayah terdampak banjir pun cemas akan pasokan sayur untuk mereka sendiri.

Sumber The Guardian turut menyebut bahwa Korea Utara bergantung pada kimchi sebagai makanan pokok selama musim dingin. Kelaparan massal kini menghantui negeri komunis itu.

Untuk sebuah keluarga dengan rata-rata empat anggota membutuhkan 350 kilogram kubis dan 200 kilogram lobak selama musim kimjang, yaitu saat dimana warga Korut membuat kimchi.

Pasokan musim dingin untuk hidangan kimchi juga membutuhkan 3 kilogram bawang putih dan 18 kilogram garam. Biasanya, jumlah kimchi ini bisa berharga senilai 1,5 juta won Korea Utara, namun sumber memperkirakan nilainya naik menjadi 3 juta.

Meski memiliki uang sebesar itu, tambahnya, mengamankan suplai makanan untuk mereka masih dirasa sulit. (den)


Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar