Laporan Reporter Tribun Jogja, M. Resya Firmansyah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Realisasi pencapaian desa kakao di DIY hingga saat ini belum memenuhi target. Hal ini diduga oleh Bappeda DIY lantaran belum ada trust dari masyarakat terkait apabila menanam kakao dapat menghasilkan keuntungan.
Kepala Seksi Pengembangan Tanaman Tahunan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) DIY, Jumanto memaparkan, realisasi pencapaian masing-masing lokasi yang ditetapkan sebagai desa kakao belum mencapai target.
Menurutnya, faktor utama yang menyebabkan masyarakat masih ragu menanam kakao yakni lantaran masih belum adanya kepercayaan dari masyarakat.
“Kalau bantuan dari pemerintah untuk desa itu sudah luar biasa banyak. Tapi yang menyebabkan masyarakat kurang percaya yaitu karena faktor trust. Apa betul, kalau menanam kakao dapat menghasilkan keuntungan,” ujar Jumanto saat ditemui di Bappeda DIY, Rabu (21/10/2015).
Dia menambahkan, pandangan masyarakat mengenai kakao berbeda dengan padi. Jika padi tidak laku, maka dapat dikonsumsi sendiri. Bertolak belakang dengan kakao. Terlebih harga kakao kini selalu berfluktuasi.
“Saya pengennya pemerintah berani jamin ke masyarakat, nanam kakao pasti bisa hidup. Contohnya dengan aksi nyata, kalau harga turun ada subsidi. Tapi sekarang kami mau menyamakan persepsi dulu. Karena antar lembaga di pemerintah, persepsinya beda-beda mengenai desa kakao,” papar dia.
Saat ini, lanjutnya, DIY memiliki delapan dusun yang dijadikan sentra kakao. Rinciannya, empat di Gunungkidul dan sisanya di Kulonprogo dengan luas keseluruhan 50-60 hektar,” paparnya.
Sementara Kabid Pengembangan Tanaman Perkebunan Dishutbun DIY, Ir Menik Nilawati MMA menyatakan, target pihaknya untuk desa kakao ini yakni dapat menginspirasi daerah lainnya untuk ikut menanam kakao.
Dengan sebelumnya melihat hasil dari sentra kakao yang sudah ada.
“Tapi di Kulonprogo, desa kakaonya tidak tertata dengan baik. Sementara Gunungkidul lebih tertata. Padahal kulonprogo lahannya lebih bagus ketimbang Gunungkidul. Kami sedang berusaha ngepush Kulonprogo supaya tujuan kami dapat tercapai,” kata Menik.
Namun demikian, pihaknya dapat berbangga dengan capaian produktivitas petani kakao di DIY. Di tahun 2015, Bappeda menargetkan 1 pohon kakao dalam setahun dapat menghasilkan 0,8 KG.
Pada kenyataannya, padahal 2015 belum habis, petani kakao di DIY sudah hasilkan 0,7 KG per pohon per tahun.
“Tapi nanti 2017 masih akan kami evaluasi. Untuk menutup kekurangan yang ada dan melihat pencapaian kita. Sesuai janji ke Gubernur,” tukasnya. (tribunjogja.com)
0 komentar:
Posting Komentar