Insiden Kecil di Laut China Selatan Dapat Picu Perang



JakartaCNN Indonesia -- Komandan Angkatan Laut China, Wu Shengli, mengatakan bahwa insiden kecil dapat memicu perang jika kapal Amerika Serikat terus melakukan aksi provokatif di Laut China Selatan.

"Jika Amerika Serikat terus melakukan aksi provokatif dan berbahaya seperti ini, akan ada situasi saling tekan dari pasukan garda depan kedua belah pihak di laut dan di udara, atau bahkan insiden kecil pun dapat menyebabkan perang," ujar Wu kepada Kepala Operasi Angkatan Laut AS, John Richardson, melalui sambungan telepon video pada Kamis (29/10).

Menurut China, AS melakukan aksi provokatif dengan mengirimkan kapal ke Kepulauan Spartly, pulau yang dibuat China di tengah wilayah sengketa dengan Vietnam, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Taiwan. Wu berharap AS dapat menghentikan aksi ini.

"Saya harap, pihak AS menghargai situasi baik antara Angkatan Laut China dan AS yang tidak mudah tercipta dan menghindari insiden semacam ini terjadi lagi," ucap Wu.

Namun sebelumnya, AS mengatakan akan rutin melakukan patroli di wilayah tersebut atas dasar asas kebebasan navigasi di perairan internasional.

"Tak ada yang berbahaya. Tak ada yang dibatalkan," kata salah satu pejabat AL AS yang enggan diungkap identitasnya.

Guna mencegah adanya tabrakan di laut, AS akhirnya bersedia mengadakan dialog dengan China. Kedua belah pihak sepaham bahwa dibutuhkan sebuah protokol di bawah Kode untuk Perjumpaan Tak Direncanakan di Laut (CUES).

"Mereka sepakat bahwa sangat penting bagi kedua belah pihak untuk menggunakan protokol di bawah kesepakatan CUES saat mereka beroperasi dalam jarak dekat untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dan segala bentuk provokasi," kata pejabat tersebut.

Sebelumnya, Indonesia meminta semua pihak yang terlibat konflik agar menjaga stabilitas di kawasan.

"Indonesia tak terlibat dalam sengketa, tapi kami memiliki kepentingan legitimasi dalam perdamaian dan stabilitas di sana. Kami mengimbau semua pihak untuk menahan diri dalam mengambil tindakan yang dapat melemahkan kepercayaan dan keyakinan dan mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan," ucap Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, seperti dikutip news.com.au. (ama)


Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar