Udara Dingin London Membuat Puasa Lebih Sulit


JakartaCNN Indonesia -- Terik matahari seringkali dijadikan alasan umat muslim memilih tetap tinggal di dalam ruangan saat siang hari di bulan Ramadan. Begitupun dengan tradisi berbuka puasa di rumah yang dikejar oleh banyak orang, yang menyebabkan kemacetan tiap sore. 

Membayangkan berpuasa di kota yang sejuk dan jauh dari kemacetan memang terasa dapat memudahkan menjalankan ibadah selama sebulan penuh ini. Terlebih jika puasa dijalani di negeri empat musim, seperti Inggris misalnya.

Namun ternyata, hal itu tidak dirasakan bagi mereka yang menjalani puasa di London. Seperti yang diungkapkan oleh Faisal, seorang muslim yang bekerja sebagai pengemudi taksi Uber di London.

Dalam perbincangannya bersama CNNIndonesia.com sebelum gelaran Indonesian Weekend dimulai pada akhir Mei lalu, Faisal mengaku iri dengan ibadah puasa yang dijalankan oleh umat muslim di Indonesia. 

"Siapa bilang udara dingin di London malah memudahkan puasa kami? Justru lebih berat, karena tubuh kami harus menghalau hawa dingin," kata Faisal.

Tak hanya soal udara dingin yang seringkali memicu perut menjerit, panjangnya waktu siang di negaranya juga membuatnya harus lebih ikhlas menjalani ibadah puasa.

"Terkadang saya iri dengan muslim di Indonesia, karena mereka diberi kemudahan untuk menjalankan ibadah puasa," kata Faisal.

"Bayangkan, di London, kami harus berpuasa selama 17 jam! Buka puasa pada pukul 21.00 dan sahur pada pukul 03.00," lanjutnya sambil tertawa.

Setiap harinya, Faisal bercerita, mengemudi taksi mulai pukul 10.00 hingga 22.00. Dengan waktu kerja selama 12 jam itu, dia mengaku kerap terlewat menjalani salat lima waktu.

Di London, azan Subuh berkumandang sekitar pukul 02.47, Dzuhur pada pukul 13:04, Ashar di jam 17.20, Maghrib pada pukul 21.16, sedangkan Isya pada pukul 22.34. 

Dengan mobilitas pekerjaannya, Faisal mengaku, seringkali menjamak atau mengqasar waktu salatnya.

Beruntung, keberadaan masjid di London tidak terlalu sulit untuk ditemukan. Faisal sendiri biasanya menunaikan kewajibannya beribadah di masjid yang berada di kawasan Barbican, Hampstead dan Islington, atau tergantung dimana dia menurunkan penumpangnya. 

Pria yang sudah berkeluarga dan memiliki satu anak ini menyebut kurang lebih ada 400 masjid di London. Paling banyak, masjid dapat ditemukan di kawasan Forest Gate dengan 13 masjid. Kemudian ada juga di Poplar, dengan sepuluh masjid, dan juga kawasan Ilford yang memiliki sembilan masjid. 

Salah satu masjid terbesar yang ada di sana ialah London Central Mosque atau yang sering disebut Regent's Park Mosque. Masjid dengan kubah emas yang megah itu dirancang oleh Sir Frederick Gibberd pada 1978. 

Lahannya merupakan sumbangan dari Raja George IV, sebagai balasan jasa kepada Raja Farouk yang telah memberi lahan di Kairo untuk pembangunan gereja. London Central Mosque mempunyai kapasitas menampung sekitar lima ribu orang jamaah. 

Sama seperti masjid-masjid di Indonesia, London Central Mosque juga menyelenggarakan ibadah bersama. Memasuki Ramadan, mereka juga mengadakan shalat tarawih.

Perbincangan CNNIndonesia.com dengan Faisal malam itu berlangsung sepanjang perjalanan dari Vine Hill hingga Glengall Road. 

Sebuah paket makanan berisi sambal, telur asin dan serundeng yang dibawaCNNIndonesia.com untuk teman berpuasa seorang kerabat di London membuat Faisal bercerita tentang tradisi buka puasa di Kota Big Ben itu.

"Beruntung sekali dia punya teman sebaik Anda. Karena sangat susah mencari makanan halal di sini, kami lebih sering memasaknya," ujar Faisal.

Tak hanya itu, dia juga mengatakan, tidak ada tradisi buka puasa bersama di tengah masyarakat London. Kalaupun ada, biasanya itu hanya diadakan oleh Kedutaan Besar negara-negara yang mayoritas penduduk negaranya adalah umat muslim. 

"Di sini tidak ada kebudayaan seperti itu. Paling kami hanya makan malam di kedutaan besar," kata Faisal.

Di ujung perjalanan selama 30 menit malam itu, Faisal mengakhiri obrolannya denganCNNIndonesia.com. Sebelum menutup pintu taksinya, dia mengaku tergiur ingin merasakan Ramadan di Indonesia.

"Saya akan berkerja lebih giat lagi. Siapa tahu bisa mengumpulkan uang dan merasakan Ramadan di Indonesia!" ujar Faisal tersenyum. (ard/meg)


Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar