Rumitnya Jalan Indonesia Menuju Oscar


JakartaCNN Indonesia -- Kiprah Indonesia di ajang penghargaan bergengsi bidang perfilman sekelas Academy Awards bukan tidak mungkin. Indonesia pernah mengirim perwakilan untuk masuk nominasi kategori Film Berbahasa Asing terbaik agar mendapat Piala Oscar.

Kala itu yang dikirim adalah Ca Bau Kan, film garapan Nia Dinata. Film itu memang tak berhasil masuk nominasi karena harus bersaing dengan ratusan film lain dari seluruh negara di dunia. Namun Nia melihat, film Indonesia sekarang sebenarnya lebih layak untuk kembali dicalonkan menjadi nomine.

Sayang, dibanding Malaysia, Singapura, bahkan Thailand dan Vietnam yang mengirimkan filmnya tahun ini, langkah Indonesia masih tertahan. Masalahnya, masalah mengirimkan perwakilan film ke ajang Oscar sebenarnya urusan pemerintah.

"Karena di Oscar itu, film yang dikirim ke Academy adalah hasil dari rembukan grup yang seharusnya dibentuk pemerintah," kata Nia kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu. Grup itu terdiri atas kritikus film, media, dan orang perfilman.

Nia menegaskan, sineas tak bisa secara independen mengirimkan filmnya sendiri untuk masuk Oscar.
Sistem perwakilan pemerintah itu sudah bagus. Namun masalahnya, menurut Nia, grup yang dibentuk pemerintah itu wawasannya terkadang kurang internasional. Mereka hanya berpikir mengirimkan film yang masuk box officedomestik.

"Film sukses di box office Indonesia itu sekitar 90 persen tidak cocok jadi nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik. Itu bukan selera mereka," kata Nia.

Juri Oscar yang jumlahnya ribuan dan tergabung Academy of Motion Pictures and Art Sciences (AMPAS), lebih tertarik pada film bercita rasa festival. Sayang, kata Nia, itu tidak dipilih karena ada pikiran konservatif bahwa itu memalukan Indonesia.

"Mereka melakukan sensornya sendiri," keluh Nia.

Grup bentukan pemerintah itu juga dirasa Nia kurang bertanggung jawab setelah memasukkan salah satu film menjadi calon nomine Oscar. Mereka tidak mempromosikan film yang bersangkutan pada juri.

"Harus bikin DVD, bagikan satu per satu ke jurinya, publikasi dengan bagus supaya ditonton. Kalau mereka enggak menonton bagaimana mau memilih?" tuturnya Nia. Padahal, ada ribuan film yang bersaing menjadi Berbahasa Asing Terbaik.

Nia pernah merasakan betapa dirinya menjadi beban sendiri setelah Ca Bau Kan dipilih mewakili Indonesia masuk Oscar. Grup bentukan pemerintah tidak menyiapkan paket promosi. "Saya kebingungan ditelepon Academy. Bikin itu kan mahal," katanya.

Apalagi bagi sutradara film independen yang biasanya tidak punya terlalu banyak bujet.

Suka duka Nia dipahami John Badalu, pemerhati film yang juga delegasi beberapa festival dunia seperti Berlinale. Ia juga mengamini pernyataan Nia bahwa setiap tahun selalu ada saja film Indonesia yang dipilih secara resmi oleh pemerintah masuk Oscar.

"AMPAS punya representatif di tiap negara. Di Indonesia dulu representatifnya PPFI (Persatuan Produser Film Indonesia). Anggotanya berubah-ubah setiap tahun, mereka yang memilih mana yang diajukan," kata John pada CNNIndonesia.com.

Setelah ada official entry, AMPAS akan memilih shortlist bagus, lalu disaring lagi mana yang layak masuk nominasi. Namun John melihat ada masalah yang berbeda dengan yang disampaikan Nia, belakangan ini. PPFI itu sendiri gonjang-ganjing.

"Kemudian ada BPI (Badan Perfilman Indonesia). Tapi enggak tahu jadinya gimana, siapa yang berhak memilih official entry, karena tiap negara hanya bisa satu," ujarnya. Padahal gonjang-ganjing itu bisa memperburuk citra general perfilman Indonesia.

"Kalau kredibilitas tidak jalan, ya tidak bisa diakui dunia internasional," ujarnya memberi logika.

Padahal, kategori Film Berbahasa Asing Terbaik adalah kesempatan besar Indonesia ikut bersaing di Oscar, yang bisa jadi gerbang perfilman lokal. Itu juga membuka jalan Indonesia masuk organisasi AMPAS.

"Film yang masuk nominasi otomatis dapat kartu anggota Academy. Teman saya produser dari Denmark, begitu masuk nominasi dia bisa memilih dan mengusahakan agar Denmark masuk lagi tahun berikutnya. Itu jalan paling demokratis untuk memilih film di Oscar," ujar Nia berpendapat.

(rsa)

Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar