ABK Disandera Kelompok Abu Sayyaf di Rumah Kosong Satu Pulau


JakartaCNN Indonesia -- Kerabat salah anak buah kapal Indonesia yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf, Alvian Elvis Repi, menyatakan Alvian dan rekan-rekannya disandera di sebuah pulau.

“Tadi jam 10.00 WIB istrinya telepon, dapat kabar bahwa mereka (10 ABK yang disandera) sudah lepas dari kapal dan posisinya ada di darat, di rumah kosong di sebuah pulau,” kata bibi Alvian, Syane Elvis Repi, di kediaman Alvian, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (29/3).

Lokasi para sandera yang berada di rumah kosong itu merupakan kabar terakhir yang diterima keluarga. “Sampai malam ini kami belum dapat kabar lain apapun,” ujar Syane. 

Kabar penyanderaan di pulau itu diterima keluarga dari perusahaan tempat Alvian bekerja. Namun perusahaan tak menjelaskan rinci lokasinya karena sedang berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Menurut Syane, perwakilan pemerintah RI dan Tentara Nasional Indonesia telah mendatangi kediamannya untuk meminta sejumlah informasi.

“Kami berterima kasih pemerintah sudah ikut membantu menolong keponakan kami. Kami sangat mengucap syukur dan terima kasih pada Tuhan,” ujar Syane.

Alvian, kata Syane, baru saja diangkat menjadi Perwira Kapal atau Mualim 1 di tempatnya bekerja. Alvian juga baru dikaruniai anak kedua.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan ada dua kapal yang dibajak Abu Sayyaf, yakni Brahma 12 dan Anand 12 yang membawa 7 ribu ton batu bara. Brahma 12 sudah dilepas dan kini di tangan otoritas Filipina, namun Anand 12 dan sepuluh awaknya masih disandera.

Wakil Komandan Pasukan Khusus Zambasulta, Mayor Jenderal Demy Tejares, seperti dikutip dari Inquirer, mengatakan Brahma 12 itu berlayar dekat Pulau Tambulian saat dua bersaudara anggota Abu Sayyaf, Nickson dan Brown Muktadil, naik ke kapal tersebut.

Nickson dan Brown Muktadil merupakan anggota brigade Abu Sayyaf pimpinan Alhabsy Misaya. Mereka kemudian menodongkan senjata kepada para ABK.

Kelompok Abu Sayyaf yang berbaiat kepada ISIS kerap melakukan penculikan, pengeboman, dan pembunuhan di wilayah selatan Filipina.

Kelompok itu meminta tebusan sekitar Rp15 miliar sebagai kompensasi pembebasan para anak buah kapal. Namun pemerintah RI keberatan memenuhi tuntutan itu. Negosiasi hingga kini dikabarkan masih berlangsung. (agk)

Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar