Sujiwo Tejo Hadirkan Wacana Identitas dan Karakter Bangsa



YOGYA - Keunikan karya seniman Sujiwo Tejo, membuat Irfan R Darajat meneliti lagu-lagu dalam empat album milik dalang asal Jember tersebut.
Penelitian skripsi ini lantas diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul Nyanyian Bangsa; Telaah Musik Sujiwo Tejo dalam Menghadirkan Wacana dan Identitas Karakter Bangsa.
Siapa yang tidak mengenal Sujiwo Tejo? Ia adalah senimanmultitalenta, dikenal sebagai dalang, penulis, pelukis, pemusik dan budayawan.
Bernama asli Agus Hadi Sudjiwo, karya-karyanya terbilang unik dan berani.
Termasuk di bidang musik, dimana seniman kelahiran 1962 ini banyak menghadirkan wacana identitas dan karakter bangsa.
“Pertama kali dengar musik Sujiwo Tejo, aku sempat berpikir ini bagus banget dan harus ada yang meneliti tentang musiknya dia,” ujar Irfan pada Jumat (26/2/2016) lalu.
Irfan pun kemudian tergerak untuk meneliti musik Sujiwo Tejo dalam empat albumnya, yakni album Pada Suatu Ketika (1998), Pada Sebuah Ranjang (1999), Syair Dunia Maya (2005) dan Yaiyo (2007).
Dalam album tersebut, Irfan mengupas wacana identitas dan karakter bangsa yang dikemas Sujiwo Tejo melalui lirik, musik, instrument bahkan bahasa.
Statemen atau wacana tersebut tidak hadir tiba-tiba, ia bisa saja lahir dari wacana yang lebih besar.
“Jadi semua saling berkaitan. Bagiku kekuasaan itu tidak cuma hal-hal besar seperti negara, pemerintahan, partai, tapi ia juga hadir dalam hal-hal kecil dan remeh temeh sehari-hari. Bisa juga dia bekerja dalam musik,” kata alumnus Jurusan Politik Pemerintahan Fisipol UGM yang kini sedang menyelesaikan studi di Kajian Media dan Budaya, Sekolah Pascasarjana UGM ini.
Meskipun mencampurkan banyak genre dalam musiknya, Sujiwo Tejo masih tetap konsisten dengan gagasan besar yang ingin diutarakannya.
Sujiwo Tejo sering melantunkan irama kontemporer, jazz, hingga pop dan berani mencampurkan nada-nada barat dengan nada-nada sendiri. Melalui musik, Sujiwo Tejo menangkap ada keminderan kita sebagai bangsa.
“Lewat musik pun kita juga memiliki keminderan. Misalnya, kita mengenal tangga nada standar internasional do re mi fa sol la si do, padahal orang Jawa, Minang, Sunda masing-masing juga punya tangga nada sendiri,” lanjut anak kedua dari dua bersaudara ini.
Pengetahuan musik Irfan juga diperkaya oleh kesibukannya bermain musik di grup musik Jalan Pulang yang telah memiliki satu album.
Sebagai penulis lagu, Irfan juga pernah terlibat dalam beberapa pertunjukan teater dan proyek kolaborasi dengan beberapa perupa.
Dalam penelitian, Irfan banyak bergulat dengan teori karena kajian ini masih terbilang baru. Dukungan dari Sujiwo Tejo membuat proses pengumpulan data berjalan mulus.
Hingga akhirnya Penerbit Polgov; Research Centre for Politics and Government- Fisipol UGM menerbitkan penelitiannya dalam buku berjudul Nyanyian Bangsa ; Telaah Musik Sujiwo Tejo dalam Menghadirkan Wacana dan Identitas Karakter Bangsa pada 2014 silam.

Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar