Wali Kota Zliten, Miftah Hamadi, mengatakan bahwa bom truk tersebut meledak ketika 400 personel polisi yang baru saja direkrut berkumpul pada pagi hari.
"Sangat mengerikan. Ledakan itu sangat keras sehingg terdengar dari jarak beberapa kilometer. Semua korban masih muda dan semuanya baru saja akan memulai hidup," ujar Hamadi kepada Reuters melalui sambungan telepon.
Saksi mata mengatakan bahwa warga sekitar langsung melarikan para korban ke rumah sakit Misrata menggunakan ambulans dan mobil pribadi. Banyak korban mengalami luka terjangan timah panas dan beberapa jasad bahkan terlalu hancur untuk dapat diidentifikasi.
Sumber medis mengatakan bahwa ada 65 orang yang tewas, termasuk beberapa warga sipil. Namun kemudian, kepala komite krisis Kementerian Kesehatan Libya mengonfirmasi bahwa 47 orang tewas dan lebih dari 118 lainnya terluka.
Hingga kini, belum ada kelompok yang mengklaim sebagai dalang di balik serangan tersebut. Namun belakangan ini, bom bunuh diri dan ledakan mobil meningkat di Libya. Para militan memanfaatkan kekacauan di Libya untuk melebarkan sayap mereka.
Sejak Gaddafi dilengserkan, Libya justru terpuruk ke krisis lebih dalam dengan dua pemerintahan yang berebut kekuasaan. Sejumlah faksi bersenjata juga memperebutkan kontrol atas negara anggota OPEC tersebut dan kekayaan minyaknya.
Di tengah kisruh tersebut, militan ISIS menumbuhkan kekuatannya, mengambil alih Kota Sirte dan menyerang tambang-tambang minyak.
Negara kuat Barat menyerukan faksi-faksi Libya untuk ikut serta dalam pasukan gabungan melawan ISIS. Namun, kesepakatan negara-negara yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut mendapat tentangan dari beberapa faksi di lapangan.
Beberapa pejabat Barat tetap mengatakan bahwa membentuk persatuan pemerintah merupakan langkah pertama bagi Libya untuk mendapatkan bantuan internasional demi menggempur ISIS, termasuk dengan pelatihan bagi tentara-tentara baru dan kemungkinan serangan udara ke target militan. (stu)
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar