Kerusuhan politik pecah di Burundi, 87 orang tewas



Burundi, negara di kawasan timur Benua Afrika, dilanda kerusuhan akhir pekan ini. Konflik terparah terjadi di Ibu Kota Bujumbara. Stasiun Televisi Aljazeera melaporkan, Minggu (13/12), hingga berita ini dilansir, 87 orang dilaporkan tewas.
Insiden ini dipicu serangan kelompok bersenjata ke tiga pangkalan militer Burundi. Tentara Burundi lantas menyerang balik pasukan itu, maupun distrik-distrik yang diduga menjadi tempat persembunyian para pemberontak. Kekerasan pecah di seantero Ibu Kota. Sampai tadi malam waktu setempat, masih ada suara ledakan dan tembakan.
Juru bicara Militer Burundi, Kolonel Gaspard Baratuza, mengatakan 79 orang yang tewas adalah anggota kelompok bersenjata itu. Lalu 45 orang yang dianggap terlibat kerusuhan ditangkap. Sedangkan delapan personil militer maupun polisi tewas, 21 lainnya luka-luka.
"Kami menyita 97 senjata api dari para perusuh," kata Baratuza.
Kelompok bersenjata ini ditengarai kalangan oposisi yang menolak Presiden Burundi, Pierre Nkurunziza, maju untuk masa jabatan ketiga. Sejak delapan bulan lalu, situasi politik negara itu sangat tidak stabil, dengan unjuk rasa marak di kota-kota besar.
Beberapa saksi mata membantah korban tewas dari pasukan bersenjata. Sebagian besar jasad yang ditemukan warga justru anak muda Burundi yang pernah berunjuk rasa menentang sikap otoriter Presiden Nkurunziza.
"Tentara masuk ke kampung kami, mengumpulkan pemuda dan pria dewasa lalu membunuh mereka di lokasi yang jauh," kata salah satu saksi mata di Distrik Nyakabiga.
Kepolisian Burundi membantah kesaksian itu, kemudian mengklaim operasi balasan ini sepenuhnya hanya menyasar pelaku serangan bersenjata.
Sejak April lalu, diperkirakan 240 orang tewas karena menolak Nkurunziza maju lagi menjadi presiden. Akibat kekerasan di banyak kota, 215 ribu warga Burundi mengungsi ke negara-negara tetangganya.

Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar