Jenderal Buwas Cari Buaya Buas untuk Jaga Penjara Narkoba



JakartaCNN Indonesia -- Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso menggagas pembangunan kolam yang dihuni buaya di sekitar lembaga pemasyarakatan narkotika, menggantikan personel penjaga lapas. Saat ini, jenderal yang akrab disapa Buwas itu tengah mencari buaya-buaya yang akan digunakan.

"Saya sedang mencari buaya yang buas-buas, kemudian ikan piranha dan harimau. Nantinya, penjara akan dikelilingi sungai buaya di ring pertama, kemudian sungai ikan piranha dan terakhir harimau," kata Budi Waseso, Minggu (29/11).

Bekas Kepala Badan Reserse Kriminal Polri itu mengatakan harus ada upaya pencegahan agar para pelaku narkoba kelas kakap menjadi jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.

"Kalau yang menjaga buaya, mana mungkin mau disuap? Ini semata-mata demi menyelamatkan generasi muda dan bangsa tidak hancur karena perilaku-perilaku bandar narkoba itu," tuturnya.

Menurut dia, pembangunan kolam yang dihuni buaya di sekitar penjara kasus narkoba sebagai realisasi program sterilisasi dan membuat efek jera bagi para pengedar dan bandar narkoba yang ditahan di balik jeruji penjara.

Wacana tersebut telah dikoordinasikannya dengan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Panjaitan.

"Sekarang rencana ini sedang dievaluasi bersama Menkopolhukam agar nanti bisa berjalan," kata jenderal berbintang tiga ini. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk gebrakannya sebagai Kepala BNN.

Pihaknya menargetkan Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, sebagai lokasi dibangunnya penjara khusus. "Tim sudah melihat Kangean dan menilai di sana layak didirikan penjara khusus bandar narkoba," ujarnya.

Menurut dia, wilayah Kangean saat ini telah memiliki bangunan gedung bekas lembaga pemasyarakatan sehingga mempermudah pembangunan penjara khusus tersebut.

Selain itu, jarak Kangean yang mencapai 100 kilometer dari Kabupaten Sumenep dinilainya juga menjadi salah satu alasan dipilihnya kepulauan yang terletak di Provinsi Jawa Timur tersebut. "Realisasi segera, tim ke sana untuk mengkaji," ujarnya.

Selain Kangean, BNN juga menyiapkan beberapa pulau terpencil lainnya di Indonesia, seperti di Sulawesi, Papua, dan Maluku.

Dia menambahkan Indonesia adalah pangsa pasar narkoba terbesar di Asia, bahkan kini termasuk salah satu negara produsen.

"Sampai dengan Juni 2015 pengguna narkoba mencapai 4,2 juta orang. Sedangkan sampai dengan November 2015 pengguna narkoba sudah mencapai 5,9 juta orang," katanya.

Selain itu diketahui bahwa dari seluruh Lapas yang ada di Indonesia, sekitar 60 persen dihuni narapidana (napi) narkoba.

Komisi Hukum DPR mendukung

Anggota Komisi III DPR RI Masinton Pasaribu mendukung wacana penggunaan buaya sebagai penjaga lapas khusus narkotika.

"Bagus, harus didukung, ide tersebut sangat bagus. Saya mendukung langkah Buwas itu," kata Masinton.

Bahkan, katanya, pengunaan buaya sebagai penjaga lapas narkotika perlu dilakukan di seluruh Indonesia.

"Banyak pulau-pulau terluar di Indonesia. Tinggal dicari pulau yang layak untuk dijadikan penjara bagi tahanan narkoba, baik itu bandar besar maupun bandar kecil," kata politisi PDIP itu.

Dengan demikian, tidak ada lagi ada narkoba yang bisa keluar masuk dengan mudah seperti yang terjadi selama ini di lapas-lapas.

"Jadi benar-benar steril. Kalaupun tahanan kabur, akan ada buaya yang siap menunggu. Semacam penangkaran buaya lah di sekitar pulau," ujarnya.

Oleh karena itu, ia berharap semua pihak mendukung langkah Buwas tersebut sebab narkoba sudah merasuki berbagai lapisan masyarakat. (Antara/obs)


Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar