Ternyata Korea Selatan Punya 200 Jenis Kimchi


 JakartaCNN Indonesia -- Bagi penggemar budaya Korea Selatan, tentu tak asing dengan salah satu kuliner khas, yaitu Kimchi. Kimchi adalah makanan tradisional Korea, hasil fermentasi dari sayuran dan berbagai jenis bumbu. Kimchi termasuk makanan menyehatkan karena mengandung banyak serat dengan sedikit kalori.

Dalam prosesnya, Kimchi dibuat secara tradisional, yaitu dengan dimasukkan ke dalam guci dan disimpan di bawah tanah. Penyimpanan itu ditujukan agar Kimchi tetap dingin selama musim panas dan tidak membeku selama musim dingin. 

Menurut Duta Besar Korea di Indonesia, Cho Tai Young, terdapat ratusan jenis Kimchi yang dibuat dengan beberapa bahan utama seperti kubis lobak, daun bawang atau mentimun.

"Kimchi sudah populer di Indonesia, sudah tahu Kimchi. Saya sangat mengapresiasi itu, banyak orang Indonesia yang sudah menikmati Kimchi. Kami ingin mengenalkan lagi bahwa ada banyak varian Kimchi, hampir 200 jenisnya," ujarnya saat acara "Kimchi Festival" pada Rabu (27/4) di Kantor Kedutaan Besar Korea, Jakarta.

Adapun Museum Kimchi di Seoul telah mencatat ada 187 jenis Kimchi, mulai dari era Dinasti Goryeo hingga Kimchi modern saat ini. Bahan-bahan pembuatan Kimchi dapat diganti atau ditambah tergantung pada jenis Kimchi yang akan dibuat. 
Dari sekitar 180-an jenis Kimchi, yang paling banyak dikenal adalah Baechu Kimchi. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Diplomasi Kimchi

Kimchi Festival ini diadakan pertama kali di tahun ini, sebagai upaya pengenalan ragam varian jenis Kimchi, dan juga kegiatan diplomasi dengan beberapa kedutaan besar negara-negara di Indonesia. 

Tentu saja, acara utama dari festival tersebut adalah demo memasak Kimchi.

Jenis Kimchi ditentukan berdasarkan sayuran dan campuran bumbu yang digunakan untuk memberikan rasa pada Kimchi. Bumbu yang banyak digunakan adalah larutan garam, rempah-rempah, jahe, lobak cincang, bawang putih, saeuweot (saus udang),eongugeot (saus kerang) dan aekjeot (saus ikan).

Menurutnya, saat ini, bubuk cabai merah digunakan sebagai bahan utama untuk memberikan rasa pedas dan panas pada beberapa jenis Kimchi. Pada abad-12, rempah-rempah lain juga digunakan untuk menciptakan rasa manis dan asam atau memberikan warna seperti putih dan oranye. Sehingga Kimchi tidak selalu memiliki rasa pedas, seperti yang banyak orang Indonesia ketahui.

Kimchi sendiri dapat dikategorikan berdasarkan bahan utama, daerah atau musim. Korea bagian utara dan bagian selatan memiliki perbedaan suhu yang cukup besar. Kimchi yang berasal dari bagian utara Korea cenderung menggunakan garam dan bubuk cabai lebih sedikit dan tidak menggunakan larutan garam. Sedangkan Kimchi dari bagian utara lebih banyak mengandung air. 

Kimchi yang berasal dari bagian selatan Korea seperti Jeolla-do dan Gyeongsang-do, menggunakan garam, bubuk cabai, Myeolchijeot (bumbu fermentasi yang terbuat dari ikan teri yang diasinkan atau Saeujeot (bumbu fermentasi yang terbuat dan udang yang diasinkan). 

Meolchiaekjeot, Kanariaekjeot atau larutan fermentasi dari ikan teri, mirip dengan kecap ikan yang digunakan di Asia Tenggara, tetapi lebih kental. 

Saeujeot atau Meolchieot tidak ditambahkan ke dalam campuran bumbu-bumbu Kimchi, tetapi digunakan saat merebus pertama kali untuk mengurangi bau, menghilangkan rasa sepat dan lemak yang kemudian dicampur dengan bumbu pengental yang terbuat dari tepung beras atau gandum. Akan tetapi, teknik ini sudah tidak digunakan selama empat puluh tahun terakhir. 

Dari sekitar 180-an jenis Kimchi, yang paling banyak dikenal adalah Baechu Kimchi (kubis napa), Baechu Geotjeori (Kimchi kubis napa yang tidak difermentasi), Bossam Kimchi(ragam sayuran), Baek Kimchi (Kimchi putih), Dongchimi (Kimchi dengan bahan dasar air asin), Chonggak Kimchi (Kimchi lobak muda), Kkakdugi (Kimchi Lobak), Oisobagi (Kimchi Mentimun), dan Pa kimchi (Kimchi daun bawang). 

Kimchi putih (Baek Kimchi) adalah kubis napa yang dibumbui tanpa menggunakan bubuk cabai dan tidak berwarna merah ataupun pedas. Kimchi lobak putih (Dongchimi) adalah jenis lain dari Kimchi yang tidak pedas. Jenis Kimchi putih berkuah, sesekali digunakan sebagai bahan dasar dalam sejumlah hidangan seperti mie dingin yang dimasukan ke dalam larutan Dongchimi (Dongchimi Guksu)
Mumallaengu Kimchi atau Dried Radish Kimchi adalah jenis kimchi yang jarang diketahui masyarakat Indonesia. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Masuk Daftar Warisan Budaya UNESCO

Istri dari Dubes Korea, Gyeyoung Cho, mengatakan bahwa Kimjang atau tradisi pembuatan Kimchi di Korea sudah tercatat dalam daftar Budaya Tak Benda Warisan Manusia oleh UNESCO.

Menurutnya, dibutuhkan waktu lebih dari setengah tahun untuk menanam bahan-bahan yang digunakan untuk Kimjang. Satu keluarga membutuhkan waktu dua sampai tiga hari untuk mendapatkan dan mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Kimchi.

"Biasanya ada satu hari dimana warga bersama-sama membuat Kimchi. Kimjang ini adalah acara besar tahunan yang menyatukan keluarga, kerabat jauh, dan tetangga untuk bekerja bersama," ungkapnya.

Tradisi ini juga dilakukan untuk mempersiapkan persediaan Kimchi di musim dingin. Alasannya, sangat berisiko untuk membuat makanan di musim dingin.

"Faktor ketersediaan bahan pun sulit saat musim dingin, jadi membuat Kimchi sebelum musim dingin agar dapat dimakan 3-4 bulan ke depannya," ungkapnya.

Setiap tahunnya, masyarakat Korea Selatan mengonsumsi 40 pon atau 8kg Kimchi per orang. Kimchi ini dipercaya yang memberikan sumbangan energi bagi tubuh dan menjaga tubuh tetap sehat.

Satu porsi Kimchi dapat memenuhi lebih dari 50 persen kebutuhan vitamin C dan provitamin A setiap hari. Kimchi banyak mengandung vitamin A, vitamin B1, Vitamin B2, kalsium, zat besi dan juga mengandung bakteri asam laktat yang didalamnya termasuk Lactobacillus Kimchi.

Selama wabah SARS di Asia pada tahun 2003, banyak orang percaya bahwa Kimchi dapat mencegah infeksi dan meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung, penjualan Kimchi meningkat hingga 40 persen. (les)

Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar