Saat Kehidupan Bermula di Bumi, Kekuatan Besar Menyapu Mars...
Houston - Dulu, miliaran tahun lalu, Mars adalah planet yang basah namun hangat, dengan atmosfer tebal yang menjadi tameng. Juga ada air di permukaannya, yang mengalir di sungai-sungai, bermuara ke danau atau laut.
Namun kini, Planet Merah kering kerontang dan minta ampun dinginnya. Pertanyaannya, apa yang memicu perubahan drastis itu?
"Jawabannya, sahabat, ada pada tiupan angin," kata Michael Meyer, kepala ilmuwan pada Mars Exploration Program di Markas NASA, seperti dikutip dari CNN, Jumat (6/11/2015).
Meyer mengutip lirik penyanyi dan pencipta lagu AS, Bom Dylan. "The answer, my friend, is blowing in the wind."
Berdasarkan pengukuran wahana Mars Atmosphere and Volatile Evolution (MAVEN) menunjukkan hembusan angin matahari (solar wind) telah mengikis ion-ion dari atmosfer Planet Merah.
Angin surya, aliran plasma atau partikel bermuatan yang keluar dari Matahari, mengenyahkan gas-gas seperti oksigen dan karbondioksida dari Mars -- elemen yang penting bagi kehidupan. Demikian kata NASA.
"Peristiwa tersebut mungkin terjadi antara 4,2 hingga 3,7 miliar tahun lalu," kata investigator prinsip MAven Bruce Jakosky, dari Laboratory for Atmospheric and Space Physics (LASP) kepada the University of Colorado Boulder, kepadaSPACE.
Temuan tersebut bisa diartikan bahwa ada kondisi kehilangan besar atmosfer pada sejarah awal planet tersebut.
Peluang bagi kehidupan untuk mengakar dan tumbuh di permukaan Mars mungkin telah tertutup tak lama sesaat setelah mikroba pertama berevolusi di Bumi.
Secara teoritis, nasib Mars bisa juga menimpa Bumi. Namun, jangan buru-buru panik, NASA meyakinkan, planet manusia akan baik-baik saja karena memiliki medan magnet.
MAVEN juga menemukan aurora di Mars yang serupa dengan cahaya utara Bumi.
Bedanya, di Bumi aurora terbentuk saat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet kita dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh Matahari.
Sementara, di Mars, aurora mungkin diakibatkan apa yang tersisa dari medan magnet di kerak planet, yang membuat cahaya utara tersebut menyebar lebih luas.
Temuan penting lainnya menunjukkan bahwa persoalan debu di Mars diyakini berasal dari antarplanet alias dari planet lain.
Para ilmuwan sampai pada kesimpulan itu berdasarkan distribusi butiran dan debu di permukaan Mars, yang mengenyampingkan bulan Mars -- Phobos dan Deimos -- sebagai tersangkanya.
MAVEN ditugaskan untuk menelaah atmosfer bagian atas Mars, sejak kedatangannya di sekitar Planet Merah pada September 2014
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar