PTBA Bidik Penjualan Batu Bara Naik 30 Persen Tahun Depan
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan tambang batubara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk atau PTBA menargetkan penjualan batubara sebanyak 28,6 juta-29,9 juta ton pada 2016, naik 30 persen dibandingkan target 2015 sebanyak 22 juta-23 juta ton. Target pertumbuhan penjualan 2016, lebih tinggi dibandingkan tahun ini yang hanya naik 22,2 hingga 27,7 persen dibandingkan realisasi 2014 sebesar 18 juta ton.
Direktur Keuangan PTBA Achmad Sudarto menuturkan, mulai tahun depan manajemen PTBA menargetkan rata-rata penjualan batubara tumbuh 30 persen setiap tahun. Oleh karena itu pada 2020, PTBA berharap bisa menjual 60 juta ton batubara.
Menurut Achmad, dua penyerap produksi batubara PTBA terbesar adalah kereta api dan juga bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Oleh karenanya, perusahaan juga mengatakan kesiapannya untuk ikut serta di dalam megaproyek pembangkit listrik 35 ribu Megawatt (MW) yang dicanangkan pemerintah.
"Kami punya target penjualan batubara di 2020 sebesar 60 juta. Selama tidak ada force majeure pertumbuhannya rata-rata bisa sebesar 30 persen (per tahun), kuncinya tentu di angkutan kereta api," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Jika proyek-proyek kereta api di Indonesia selesai seluruhnya, ia memperkirakan sebanyak 25 juta ton per tahun atau 41,67 persen dari penjualan akan diserap PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai bahan bakar kereta api. Angka tersebut diprediksikan melonjak tajam 68,9 persen dibandingkan penjualan tahun 2014 yang mencapai 14,8 juta ton per tahun.
Selain itu, PTBA juga melihat peluang adanya tambahan kebutuhan batubara bagi PLTU. Di mana data PT PLN (Persero) menunjukkan adanya kebutuhan 166,2 juta ton batubara bagi PLTU di seluruh Indonesia pada 2019. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perusahaan sebelumnya telah melaksanakan kontrak penjualan dengan PLN sebanyak 262 juta ton sejak 2010 hingga 2030 mendatang.
Siapkan Rp 6 Triliun
Ia juga menambahkan bahwa perusahaan telah melakukan kontrak penjualan sebanyak 5 juta ton untuk kebutuhan PLTU Cilacap selama 4 tahun dan PLTU milik Indonesia Power sebanyak 52 juta ton sejak 2013 hingga 2022 mendatang.
"Secara keseluruhan memang saat ini demand untuk batubara untuk energi masih ada karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan pembangkit listrik tenaga lainnya. Terlebih coal portion di energy mix masih cukup besar, yaitu 36 persen," jelasnya.
Untuk memperbesar volume penjualan, perusahaan juga berniat untuk menambah kapasitas produksi. Achmad tak memberitahu secara lebih lanjut mengenai besaran kapasitas yang akan ditambah, namun pada tahun depan perusahaan akan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 5 triliun hingga Rp 6 triliun untuk melakukan hal tersebut.
"Tentunya kalau kapasitas ingin bertambah maka sarana infrastruktur harus lebih baik, beli lagi alat-alat produksi baru, dan lainnya. Makanya kami siapkan belanja modal sebesar Rp 5 triliun hingga Rp 6 triliun untuk merealisasikan hal tersebut pada tahun depan," jelasnya.
Sebagai informasi, saat ini PTBA masih memiliki cadangan sumber daya sebesar 1,99 miliar ton yang berada di lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 90,83 ribu hektare dengan produksi mencapai 16,4 juta ton pada 2014.
Dari segi penjualan, Achmad berharap kalau perusahaan bisa menjual 22 hingga 23 juta ton batubara hingga akhir tahun atau meningkat sebesar 22,2 hingga 27,7 persen dibanding capaian tahun sebelumnya sebesar 18 juta ton.
Hingga kuartal III 2015, perusahaan telah menjual batubara sebanyak 14,35 juta ton yang berimplikasi pada pendapatan perusahaan sebesar Rp 10,5 triliun, atau meningkat 9 persen dibanding capaian tahun sebelumnya sebesar Rp 9,67 triliun. Sementara laba PTBA selama sembilan bulan di 2015 tercatat sebanyak Rp 1,5 triliun. (gen)
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar