'Kalah' di Indonesia, Bahasa Indonesia Dihargai Negara Lain
Jakarta, CNN Indonesia -- Bahasa Indonesia yang mulai terpinggirkan di negeri sendiri ternyata justru mendapatkan apresiasi di lebih dari 45 negara. Mantan Kepala Pusat Bahasa di Departemen Pendidikan yang saat ini disebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dendi Sugondo mengatakan perguruan tinggi di puluhan negara itu membuka pembelajaran bahasa Indonesia.
Hal tersebut bisa dipandang sebagai apresiasi karena mereka mengadakan pembelajaran bahasa Indonesia tanpa rekomendasi dari pihak manapun.
"Mereka mendirikan progam studi yang mempelajari bahasa Indonesia dengan biaya sendiri," kata Dendi kepada CNN Indonesia ketika dihubungi Jumat malam (6/11).
Dendi mengatakan menurut orang-orang di negara tersebut ada sesuatu yang berbeda dengan Indonesia yang ingin mereka ketahui lebih dalam lagi. Mereka juga tertarik dengan kondisi sosial, alam, dan kebudayaannya yang menurut mereka menarik untuk dipelajari.
Hal itulah yang mendorong mereka untuk belajar bahasa Indonesia. Dengan menguasai bahasa Indonesia mereka bisa memahami kondisi sosial, ekonomi sampai sistem politik yang ada.
"Ada dunia yang berbeda di Indonesia menurut mereka. Jadi ketika Melayu gencar mempromosikan bahasanya, kita tidak perlu khawatir karena banyak yang tertarik dengan bahasa Indonesia," ujar Dendi.
Dia pun optimis kalau kondisi ini didukung dengan upaya pemerintah meningkatkan fasilitas pendidikan bahasa Indonesia di dalam negeri dan juga menyediakan sumber pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang-orang di luar negeri, bukan tidak mungkin bahasa Indonesia mendunia.
"Itu sebetulnya salah satu jalan untuk membuat bahasa Indonesia mengglobal. Tapi bukan bermaksud mau menginternasionalkan bahasa Indonesia tapi lebih menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan dunia," kata Dendi.
Masih Banyak Anak Indonesia yang Menghargai Bahasa Indonesia
Fenomena banyaknya penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari menurut Dendi hanya terjadi di kota-kota besar saja. Dia pun mengungkapkan ada penurunan minat belajar bahasa Indonesia di kalangan masyarakat urban.
"Kalau di dalam negeri memang ada fenomena yang tampaknya terjadi penurunan minat. Bahasa Indonesia dianggap tidak penting, semua mengejar bahasa asing," kata Dendi.
Tapi, ternyata kondisi tersebut berbanding terbalik dengan di daerah. Generasi muda di daerah lebih bersemangat mempelajari bahasa Indonesia.
Dendi sendiri pernah melakukan penelitian di beberapa daerah, seperti Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan beberapa daerah lainnya.
Kondisi mereka yang tinggal di perbatasan mengharuskan mereka berinteraksi dengan orang-orang asing yang tidak berbahasa Indonesia. Tapi mereka tetap memperlajari bahasa Indonesia.
"Kalau ditanya tentang bahasa dan sikap ke-Indonesia-an, mereka masih sangat positif," kata Dendi.
Untuk menanamkan kembali semangat berbahasa Indonesia pada generasi muda, Dendi menyarankan untuk tertib berbahasa. Ketika berbicara dengan orang sedaerah, atau di rumah boleh menggunakan bahasa daerah agar budaya daerah sendiri tidak tercabut dari akarnya.
Tapi, ketika bergaul di lingkungan sosial, sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Karena Indonesia sendiri terdiri dari beragam suku yang juga mempunyai bahasa masing-masing.
Berbeda ketika berhadapan dengan masyarakat internasional, barulah gunakan bahasa asing atau bahasa yang lebih universal agar bisa diterima di pergaulan internasional.
"Perlu ada gerakan untuk kembali menertibkan cara berbahasa, tapi sama sekali tidak memerangi. Kita perlu tertib menggunakan bahasa," ujar Dendi. "Seperti Jerman, Korea, Jepang mereka tetap menggunakan bahasa sendiri dan harus dikuasai jauh lebih dalam untuk menunjukkan kecintaannya." (chs/chs)
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar