Mimpi meraih 12 persen suara di tingkat nasional dengan jumlah 67 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat gagal diraihPartai Persatuan Pembangunan dalam pemilihan umum tahun lalu.
Bukan tanpa sebab merosotnya target perolehan suara. Kasuskorupsi menjerat Suryadarma Ali menjadi salah satu faktor penyebabnya. Hasil rekapitulasi perolehan suara, PPP duduk diurutan sembilan dengan perolehan 8 juta suara, atau setara 6,53 persen.
Kasus yang menjerat Suryadharma Ali mengawali kehancuran PPP. Setelahnya, partai berlogo Kabah mengalami dualisme kepemimpinan. Namun, Ketua Fraksi PPP kubu Djan Faridz, Epyardi Asda mengatakan, justru yang membuat partainya hancur dikarenakan dualisme. Untuk kasus korupsi yang menjerat Surydharma Ali, dia mengaku tak berpengaruh terhadap internal partai maupun pandangan masyarakat.
"Rakyat sudah cerdas. Itu kasus pribadi bukan partai. Kan kasus sebagai Menteri Agama," kata Epyardi Asda saat berbincang denganmerdeka.com, Rabu (4/11).
Lalu, apa penjelasan loyalis Suryadharma ini terhadap kasus yang menjerat atasannya itu. Berikut wawancara wartawan merdeka.com Rizky Andwika dengan Ketua Fraksi PPP kubuDjan Faridz melalui sambungan telepon, Rabu (4/11) malam.
Apakah kasus Suryadharma Ali mempengaruhi elektabilitas partai anda ?
Kita akui pasti mempengaruhi terhadap citra partai. Tapi masyarakat sekarang sudah cerdas. Itu kan kasus pribadi bukan partai. Contohnya saja kasus itu beliau pakai Dana Operasional Menteri (DOM). Nah, apalagi coba kasus itu justru menyeret nama-nama yang bukan dari partai kami. Coba ingat, malah menyeret nama Megawati segala macam. Jadi ini bukan urusan partai kami.
Anda yakin uang hasil korupsi Suryadharma Ali tidak mengalir ke partai, lalu darimana dana operasional partai ?
Kami mengandalkan sumbangan-sumbangan. Ada lagi sumbangan dari pemerintah. Nah, kami ini beda, seperti Golkar yang punya Ketua Umum Aburizal Bakrie yang seorang pengusaha kaya, pernah menjadi orang terkaya di Indonesia tahun berapa itu, beda pula dengan Gerindra yang punya Prabowo yang seorang pengusaha. Makanya banyak yang bilang kita ini partai orang miskin. Kami tidak ada itu kader yang pengusaha besar.
Banyak kader partai terjerat korupsi, menurut Anda apa ada yang salah dari partai politik ?
Tidak ada yang salah. Korupsi itu kan bisa terjadi karena ada kesempatan. Bisa terjadi dimana-mana juga. Tidak hanya di partai. Ada juga yang memang niat. Jadi ada niat dan ada juga karena ada kesempatan.
Bagaimana strategi partai membangun kembali setelah ketua umumnya di jerat kasus korupsi ?
Kami dari kubu Djan Faridz itu akan melakukan konsolidasi di beberapa daerah yang dimulai di Sumatera Barat, Jambi, Jawa Tengah. Abis itu kita akan ke Bengkulu, konsolidasi menyatukan kader-kader di daerah karena partai terbelah. Sebenarnya ini yang membuat partai hancur. Bukan karena kasus SDA.
0 komentar:
Posting Komentar