Dalam insiden terakhir, 10 bangkai gajah ditemukan di Kamp Sinamatela di dekat Hwange National Park, sementara 16 lainnya terkapar di perbatasan Zimbabwe dan Botswana. Bulan lalu, setidaknya 14 ekor gajah mati akibat diracun dalam beberapa insiden terpisah.
Menurut Kepala Badan Manajemen Alam Liar dan Taman Nasional Zimbabwe, Alvin Ncube, pemburu membunuh gajah-gajah tersebut untuk mengambil gadingnya.
Ncube mengatakan bahwa sangat sulit untuk melacak pemburu yang menggunakan racun karena mereka dapat memasuki taman secara diam-diam.
"Kami memperketat penegakan hukum. Secepatnya kami akan memiliki pesawat nirawak dan quad bike yang akan digunakan untuk patroli dan memantau orang yang masuk ke taman secara ilegal," kata Ncube, seperti dikutip Channel NewsAsia.
Ncube menganggap strategi ini sangat membutuhkan keikutsertaan warga lokal untuk memerangi perburuan liar. "Mereka harus diuntungkan dari alam liar sehinga mereka tidak melihat hewan liar sebagai musuh," katanya.
Namun, LSM bernama Zimbabwe Conservation Task Force menganggap para pejabat yang korup adalah penyebab tersedotnya uang dari taman konservasi.
Komunitas yang tinggal di dekat reservasi seharusnya mendapatkan keuntungan dari aktivitas di taman, seperti olahraga berburu. Profit tersebut seharusnya digunakan untuk berbagai proyek, seperti konstruksi ruang kelas, perbaikan jalan, dan menambal lubang.
"Komunitas dekat taman yang seharusnya mendapatkan keuntungan dari binatang tersebut tidak mendapatkan apapun jadi mereka melakukan peracunan dengan sianida dan perdagangan ilegal," ucap juru bicara ZCTF, Johnny Rodrigues.
Menurut Rodrigues, tak ada tindakan keras bagi semua pihak terlibat karena semua sudah diatur oleh pejabat tinggi.
Berburu memang biasa dilakukan di taman-taman Zimbabwe dengan gajah dan badak sebagai target utamanya. Tahun lalu, lebih dari 300 gajah tewas setelah beberapa pemburu luar menaruh racun sianida di dekat lubang pengairan mereka. (stu/stu)
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar