ISIS Paksa Perempuan Yazidi yang Hamil untuk Aborsi


JakartaCNN Indonesia -- Tak cukup hanya dengan memerkosa, kelompok militan ISIS juga memaksa para perempuan Yazidi yang mereka culik untuk melakukan aborsi jika hamil.

Seperti dilansir CNN, penderitaan para perempuan Yazidi dimulai pada Agustus lalu, tak lama setelah ISIS mendeklarasikan khilafah di Irak dan Suriah. Kala itu, ISIS menculik perempuan dan gadis Yazidi dari rumah mereka di Sinjar, Irak.

Mereka kemudian dijajakan di "pasar budak" untuk dipilih sebagai pekerja seks. ISIS sangat serius menjalankan bisnis ini. Mereka bahkan memiliki dokter sendiri untuk memeriksa keperawanan perempuan yang mereka culik.

Seorang gadis Yazidi yang berhasil kabur, Bushra, mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan dua dokter memeriksa secara kejam para wanita untuk mengecek apakah mereka sudah hamil. Mereka yang hamil dipaksa untuk mengaborsi bayinya.

"Salah satu teman saya hamil. Anaknya sudah sekitar tiga bulan di dalam kandungan. Mereka membawanya ke ruangan lain. Ada dua dokter dan mereka melakukan aborsi itu," tutur Bushra.

Setelah keluar dari ruangan, Bushra lantas menanyakan apa yang terjadi. Namun, temannya itu bungkam. "Ia berkata bahwa dokter menyuruhnya untuk diam," kata Bushra.

Bushra tak tahu apa yang dialami temannya. Yang jelas, temannya mengalami pendarahan sangat banyak. Temannya juga sangat kesakitan sampai-sampai tak dapat berbicara atau berjalan.

"Dia adalah yang pertama. Setelah itu, mereka membawa perempuan hamil lainnya dan menempatkan mereka di rumah terpisah," ucap Bushra.

Kisah ini sudah biasa terjadi di kamp Dohuk, tempat Bushra, Noor, dan Munira ditawan. Perempuan lain bahkan dijual, diserahkan sebagai hadiah, atau ditukar dengan senjata.

Sepanjang hidupnya, Bushra tak pernah menyangka akan menyaksikan pemandangan sekeji itu. Di Sinjar, ia menjalani kehidupan yang normal, menyenangkan, dan baik, sebelum ISIS datang.

"Mereka berkata, 'Lupakan keluarga kalian. Tinggalkan identitas Yazidi kalian. Kalian sekarang Muslim. Kami akan menikahi kalian. Setiap tentara akan memilih salah satu dari antara kalian,'" tutur Bushra.

Menurut Munira, para militan meneliti perut, gigi, dan dada para perempuan Yazidi sebelum akhirnya memilih.

"Jika perempuan berkata, 'Saya tidak mau pergi bersamamu,' atau 'Saya tidak mau menikah denganmu,' mereka akan mengambil mereka secara paksa. Tidak ada pilihan lain," kenang Noor.

Noor kemudian mengenang kali pertama seorang tentara ISIS memilihnya untuk dijadikan istri.

"Seorang pria memilih saya. Dia tua, aneh, dan tambun. Saya sangat takut. Ada beberapa tentara ISIS lain, saya memohon kepada salah satu dari mereka, 'Tolong, pilih saya. Bawa saya ke mana saja dan nikahi saya, jika kamu mau, tapi jauhkan saya dari yang satu ini.' Ia melakukannya," tutur Noor.

Noor mengatakan, ia tak langsung dipaksa melakukan hubungan seks. Namun, dua hari kemudian, pria yang memilihnya baru saja kembali bertarung di garda depan.

"Ia menunjukkan saya secarik surat dan berkata, 'Ini menunjukkan semua perempuan yang diculik akan menjadi Muslim jika 10 tentara ISIS memerkosanya,'" kata Noor.

Noor akhirnya diperkosa oleh "suaminya" sebelum akhirnya diberikan kepada temannya yang lain. "Saya digilir ke 11 orang lainnya," kata Noor.

Yazidi sendiri merupakan kaum minoritas di Irak yang percaya kepada satu tuhan pencipta Bumi dan hidup dalam perlindungan malaikat merak. ISIS menuding mereka menyembah iblis. ISIS berdalih bahwa Al-Quran mengizinkan penculikan serta pemerkosaan perempuan dan gadis non-Muslim.

Bushra muak dan trauma dengan semua yang ia lihat dan alami. Ia akhirnya menemukan sebotol pil dan menenggak semuanya sekaligus, berharap meninggal daripada dijadikan korban perkosaan. Namun, Bushra selamat.

"Saya pingsan dan tidak meninggal. Mereka membawa saya ke rumah sakit dan di rumah sakit saya siuman," katanya.

Ketika sudah pulih, Bushra pun diperkosa.

Bukan hanya Bushra yang pernah mencoba bunuh diri. Banyak gadis lain yang lebih memilih mati ketimbang dijadikan budak seks. Namun, menurut Bushra, ISIS akan berusaha semampu mungkin untuk mempertahankan nyawa para gadis yang mereka culik.

"Satu hari, ada 14 gadis bersama saya. Mereka mencoba bunuh diri dengan menenggak racun tikus, tapi ISIS membawa mereka ke rumah sakit dan membersihkan perut mereka. Mereka berkata kepada kami, 'Kami tidak akan membiarkan kalian mati begitu mudah,'" tutur Bushra.

Meskipun sulit dipercaya, Noor, Bushra, dan Munira berhasil kabur. Mereka pun bertandang ke Inggris bersama AMAR Foundation. Ketiga gadis ini mengingatkan para siswa di Inggris akan bahaya radikalisasi.

Mereka juga ditawarkan suaka di Barat dan akan direlokasi untuk menjalani kehidupan baru di luar negeri secepatnya.

Namun, mereka tidak akan diam. Mereka bertekad untuk menguak kebenaran mengenai ISIS dan berharap dapat membantu para perempuan Yazidi lain yang masih ditahan. (stu)


Sumber
Share on Google Plus

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar